Menurut Plato, secara potensial (fitrah) manusia dilahirkan sebagai makhluq social (zoon politicon) sedangkan menurut Syamsuddin (1995: 105) sosialisasi adalah proses belajar untuk menjadi makhluk sosial, Lorce (1970: 86) Sosialisasi merupakan suatu proses melatih kepekaan anak terhadap rangsangan sosial, belajar bergaul dengan bertingkah laku seperti orang lain di lingkungan sosialnya. Muhibin (1999: 35) Perkembangan sosial merupakan proses pembentukan pribadi dalam masyarakat social self. Hurlock (1978: 250) Perkembangan sosial merupakan perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntunan sosial (sosial dengan norma, nilai harapan sosial).
Perkembangan sosial merupakan proses dalam kehidupan manusia untuk bersosialisasi dan belajar untuk menjadi mahluk sosial dengan belajar bergaul dan bertingkahlaku yang dapat diterima oleh masyarakat.
Syamsudidin (1990: 69) Emosi merupakan suatu suasana yang kompleks dan getaran jiwa (a complek feeling state and stid up) yang menyertai perilaku, World Book Dictonary (1994: 690) emosi didefinisikan "berbagai perasaan yang kuat"(benci, takut, marah, senang, sedih) sebagai gambaran dari emosi. Goleman (1945: 411) menyatakan bahwa emosi merujuk pada suatu perasaan atau pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis serta serangkaian kecenderungan untuk bertindak.
Emosi merupakan suatu keadaan yang kompleks dapat berupa perasaan ataupun getaran jiwa yang ditandai oleh perubahan biologis yang muncul menyertai terjadinya suatu perilaku.
Perkembangan sosial emosional anak prasekolah tidak selamanya stabil, ada saatnya anak dapat dengan mudah berinteraksi dengan lingkungannya dan ada saatnya juga mereka mengalami kesulitan atau bahkan kegagalan dalam berinteraksi dengan lingkunganya. Begitu juga dalam perkembangan emosinya, kadang bahagia dan suatu saat mereka kecewa. Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan tersebut baik dari dalam diri anak ataupun dari luar diri anak itu sendiri.
Menurut Setiawan (1995) Perkembangan anak pra sekolah dipengaruhi oleh :
Keadaan didalam diri individu.
Keadaan individu pada anak, misalnya cacat tubuh ataupun kekurangan pada diri anak akan sangat mempengaruhi perkembangan emosional, bahkan akan berdampak lebih jauh pada kebribadian anak. Misalnya: rendah diri, mudah tersinggung, atau menarik diri dari lingkunganya.
Konflik-konflik dalam proses perkembangan
Setiap anak melalui berbagai konflik dalam menjalani fase-fase perkembangan yang pada umumnya dapat dilalui dengan sukses. Namun jika anak tidak dapat mengamati konflik-konflik tersebut, biasanya mengalami gangguan-gangguan emosi.
Sebab-sebab yang bersumber dari lingkungan.