Lihat ke Halaman Asli

Madinatul Munawwaroh

Ahli gizi yang menulis

Cokelat dan Kesehatan

Diperbarui: 20 Desember 2020   14:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Selama ini, cokelat dianggap sebagai penyebab berbagai masalah kesehatan seperti obesitas, diabetes mellitus (DM), sampai masalah kulit seperti jerawat.

Namun, beberapa penelitian justru membuktikan efek baik konsumsi cokelat untuk kesehatan. Hal ini karena kandungan polifenol yang ada dalam cokelat.

Polifenol adalah senyawa yang terkandung secara alami dalam produk nabati seperti buah, sayur, sereal, dan beberapa minuman (anggur, teh, kopi, cokelat). Berbagai penelitian juga telah membuktikan bahwa konsumsi makanan mengandung tinggi polifenol akan dapat meningkatkan status kesehatan. Contohnya dalam diet Mediterania dimana diet ini mengedepankan untuk mengonsumsi makanan yang mengandung senyawa fenolik, seperti buah, sayur, sereal gandum, kacang-kacangan, minyak zaitun, dll.

Cokelat berasal dari fermentasi, pemanggangan, dan penggilingan biji kakao. Kakao sendiri adalah salah satu bahan makanan yang mengandung banyak polifenol yang termasuk dalam keluarga flavonoid. Pada produk cokelat, bubuk kakao akan dicampur dengan gula, akibatnya kandungan polifenol berkurang seiring berkurangnya jumlah bubuk kakao yang ada dalam cokelat.

Menurut database Phenol Explorer, bubuk kakao murni mengandung polifenol yang paling tinggi yaitu 510 mg (per 100 g). Sedangkan dalam cokelat hitam (yang mengandung 40-100% bubuk kakao) kandungan polifenolnya sekitar 240 mg (per 100 g), dan dalam cokelat putih (yang hanya mengandung mentega kakao) kandungan polifenolnya hanya 20 mg (per 100 g).

Dari berbagai penelitian tersebut, ternyata efek antioksidan yang dihasilkan dari polifenol dari kakao adalah salah satu hal yang menarik perhatian.

Bahkan, satu porsi cokelat hitam (40 g) menghasilkan lebih banyak antioksidan fenolik dibandingkan blueberry dan teh. Konsumsi cokelat bahkan telah terbukti positif untuk anti-inflamasi, anti-obesitas, anti-karsinogenik, kardioprotektif, dan neuroprotektif (melindungi dan mengurangi kerusakan saraf). Bahkan, diet yang diperkaya dengan kakao dapat mengurangi sintesis antibodi terkait alergi.

Namun, sebelum banyak orang menjadikan informasi ini sebagai pembenaran untuk mengonsumsi banyak cokelat, perlu diperhatikan beberapa hal.

Pertama, penelitian menunjukkan hasil positif untuk jenis cokelat hitam yang mengandung 40-100% bubuk kakao.

Kedua, beberapa jenis flavonoid tertentu memang dapat digunakan sebagai terapi alternatif atau pelengkap dalam pencegahan dan pengobatan alergi. Namun demikian, peningkatan jumlah penelitian dan uji klinis diperlukan untuk memastikan peran terapeutik flavonoid dalam kakao.

Sumber Pustaka:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline