Lihat ke Halaman Asli

Cerpen "Spasi"

Diperbarui: 16 Mei 2023   19:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi. Sumber Pribadi

"Jangan pernah alpa. Tidak akan ada simpul antara kita, selain inheren bisnis dan politik."

Sebaris kalimatnya dahulu mengantarkanku sampai saat ini, di kaki angkasa yang sama seperti malam itu. Bedanya, kini ia meniadakan jarak padaku. Netra tajam, gelap, sekaligus dalam itu tepat memandang nyalang mataku: semakin menghipnotis fundamen kesadaran, memabukkan vitalitas. Lengan dan tungkainya fasih membimbing tubuh ini berdansa mengiringi harmoni di dalam simfoni. Ballroom ekstensif malah terasa sempit, menyesakkan.

Baik sembilan tahun lalu maupun sekarang, tak banyak yang berubah. Dia masih dengan sekat transparannya yang masif, tidak mungkin kutembus. Sajak cintanya sekadar formalitas seremonial pernikahan kala fajar tadi.

Terikat oleh perjanjian yang kami sepakati berdua, prosa lara baru memulai tempias angkaranya.

Ia melingkarkan lengan pada pinggangku perlahan seiring musik klasik di ballroom tersebut memudar. Riuh tepuk tangan merajai seisi puri, decak kagum bersahut-sahutan. Dua tokoh utama dalam temaram malam sukses menggradasi warna purnama.

Kami dalangnya, kami pula wayangnya. Tak akan pernah berhenti memerankan panggung sandiwara. Itulah satu-satunya janji yang kami jaga kemarin, sekarang, esok lusa, hingga nanti-nanti.

Ya. Semua laku, segala afeksi, hanyalah sebatas panah fantasi amor. Artifisial.

**

"Maaf, Res. Saya benar-benar nggak bisa kasih kamu apa-apa. Tapi sungguh, saya senang sekali mendengar kabar ini," ujar Abhi seraya tersenyum hangat. Sorot teduh nan lembutnya menembus retina. Aku bergeming di luar karsa. Abhi, pria yang kucintai sebenar aku mencintai diriku. Impian memilikinya angan di awang-awang sahaja, peliharaan kuil itu tidak pantas kumiliki. Terlalu suci.

"Terima kasih, Bhi. Saya nggak minta macam-macam, kok." Karena aku kemari semata memuaskan hasrat rindu yang mendera, menjadikanku tanya dan engkau jawabnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline