Lihat ke Halaman Asli

Mada Nurinnaja Almadina

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga 21107030118

Suasana Berbuka Puasa di Alun-alun Kidul

Diperbarui: 8 April 2022   23:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penulis di Alun-alun Kidul (DOKPRI)

Pada tanggal 3 Febuari 2022 umat muslim se-Indonesia sudah resmi melaksanakan ibadah puasa ramadhan 1443 hijriah. Puasa tahun ini pun terasa berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, dengan adanya keringanan yang diberikan pemerintah tentang diperbolehkannya mengadakan kegiatan buka bersama ini tentunya membuat masyarakat sangat bersemangat untuk menjalani ibadah puasa pada tahun ini.

Tidak terkecuali dengan para umat muslim di Daerah Istimewa Yogyakarta, mereka pun sama bersemangatnya dalam melaksanakan ibadah puasa. Dikenal dengan sebutan kota pelajar, Jogja ini menjadi tempat berkumpulnya banyak mahasiswa dari berbagai penjuru negeri, yang tentunya menambah semangat suasana berpuasa dan turut serta meramaikan waktu berbuka puasa dengan ngabuburit mencari takjil ke berbagai tempat di Jogja.

Salah satu spot ngabuburit yang ramai, nyaman, dan dengan harga terjangkau yang tentunya pas dengan dompet para mahasiswa yaitu Alun-alun Selatan Yogyakarta. Alun-alun Selatan atau Alun-alun Kidul dalam bahasa Jawa dan biasa disingkat menjadi Alkid, disebut sebagai salah satu ikon destinasi wisata Kota Yogyakarta. Terletak di Patehan, Kraton, Kota Yogyakarta dan hanya memakan waktu 5 menit dari pusat kota tentunya membuat lokasinya sangat strategis dan oleh sebab itu Alun-alun Kidul ini nyaris tidak pernah sepi dari pengunjung.

Alun-alun Kidul sendiri dibangun pada jaman pemerintahan Sri Sultan Hamengkubowono I pada tahun 1755-1792 dan pada dahulu juga sering disebut sebagai Alun-alun Pangkeran dan biasa digunakan sebagai tempat untuk berbagai macam aktivitas Keraton Yogyakarta. Tempat ini dulu juga sering digunakan sebagai tempat berlatih para prajurit serta sebagai tempat untuk menguji kesaktian mereka.

Ikon dari Alun-alun Kidul sendiri tak lain dan tak bukan adalah keberadaan dua pohon beringin kembar di tengahnya. Tetapi tidak hanya pohon beringin kembar saja yang sudah ada sejak dulu, ada pula pohon kweni, pohon pakel, serta pohon gayam. Bagi masyarakat Jawa, pohon-pohon itu sebagai lambang keamanan, ketentraman, dan keteduhan. Selain itu, terdapat pula jalan keluar masuk Alun-alun Kidul yang berjumlah 7 buah dan di sisi utara Alun-alun kidul sendiri terdapat semacam deretan ubin yang pada awalnya adalah batu bata dan berfungsi sebagai tempat raja untuk memantau latihan para prajurit.

Pada hari kamis kemarin pun saya sempat mengunjungi Alun-alun Kidul bersama rekan-rekan saya untuk mengamati serta menikmati suasana ngabuburit dan berbuka di sini. Alun-alun Kidul sudah sangat ramai ketika saya datang, parkiran motor sudah cukup penuh beruntung saya masih sempat mendapatkan tempat. Untuk tarif parkir sendiri cukup standar hanya Rp. 3000 untuk motor dan Rp. 5000 untuk mobil, saya sendiri menyarankan untuk menggunakan motor karena keadaan yang cukup ramai akan cukup sulit untuk berkendara dengan mobil.

Setelah memarkir kendaraan masing-masing kami pun mulai berjalan mengelilingi Alun-alun. Suasana saat itu cukup ramai, banyak penjual di trotoar menawarkan barang jualannya mulai dari makanan sampai mainan anak. Sesudah mengelilingi Alun-alun kami pun menuju ke bagian pasar sore langenastran dan beruntungnya kami bahwa saat itu sedang ada perayaan gebyar ramadhan sehingga makin banyak penjual makanan yang menjual banyak sekali macam-macam makanan untuk berbuka. Kami pun sempat bingung akan membeli apa saking banyaknya pilihan variasi makanan yang di jual mulai dari dimsum, telur gulung, gorengan, cumi bakar, bakso tusuk bahkan makanan kekinian seperti croffle dan corn dog pun ada. Berbagai macam jenis minuman pun tak kalah absen semua dari es teh hingga es permen karet pun ada.

Gebyar Ramadhan di Alun-alun Kidul (DOKPRI)

Setelah memutari pasar kami pun akhirnya menentukan pilihan makanan masing-masing, lalu bergegaslah kami membeli makanan tersebut dikarenakan waktu yang tak lama lagi akan datang waktu adzan maghrib. Lekas kami pun pergi ke tengah Alun-alun dan mencari tempat untuk duduk diantara banyaknya orang-orang disana yang turut menunggu datangnya adzan maghrib. Meskipun ramai suasana disana tetap terbilang kondusif, orang-orang juga tetap saling menjaga jarak demi mematuhi protokol kesehatan. Selepas berbuka disana juga disediakan cukup banyak mushola agar orang-orang bisa sholat tanpa mengantri ataupun menunggu giliran.

Kebetulan sembari menunggu rekan-rekan saya sholat, saya sempat mewawancarai dua penjual di sana. Penjual pertama bernama Ibu Sari (penjual telur gulung), Bu Sari menjelaskan bahwa semenjak bulan puasa ini lebih banyak anak-anak muda yang berkunjung untuk membeli takjil. Pendapatan beliau pun terbilang semakin bertambah karena barang jualannya yang laris dibeli para pengunjung.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline