Lihat ke Halaman Asli

MN Aba Nuen

Pengajar

Kemitraan Guru dan Orang Tua untuk Pendidikan Anak

Diperbarui: 9 Desember 2018   12:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi

Dalam banyak kajian dan teori belajar, pentingnya peran orangtua dalam keberhasilan pendidikan anak tidak terbantahkan. Kemitraan antara guru dan orangtua dalam sistem pendidikan sebetulnya sejajar, beberapa faktor yang membedakan adalah semisal guru menjalankan fungsinya secara sistemik dan formal, sebaliknya orangtua melakukannya pada situasi informal. 

Selain itu, peran guru  mengambil porsi besar pada pemenuhan kebutuhan kognitif anak, sedangkan orangtua menjadi pusat penanaman nilai-nilai moral karakter dan sikap anak.

 Jika pola relasi itu disinkronkan dengan kurikulum pembelajaran saat ini ( K 2013), maka guru berperan untuk membantu anak dalam mencapai kompetensi Kognitif dan Keterampilan, sedangkan orangtua berkontribusi besar pada bekal kompetensi spiritual dan sosial anak.

Anak pada tahapan perkembangan tertentu, melakukan modeling dengan orangtua sebagai pusatnya. Oleh sejumlah tokoh mainstream  teori perkembangan, seperti Lawrance Kohlberg, Jean Piaget, Stanley Hall dan Jean Jacques Rousseau, usia 0-12 tahun adalah periode krusial, dimana anak mulai belajar meniru (imitate)   contoh perilaku dan dimensi verbalisme yang diperagakan orangtua.

 Sederhananya, pada tahap ini, anak akan belajar mengcopypaste dari orangtua hal-hal seperti ucapan dan pembicaraan, pola perilaku dan lain-lain yang audibel dan visibel dimata anak. Pada periode inilah sebetulnya fondasi karakter anak dibangun.

Oleh karena itu, dalam ilmu parenting sangat direkomendasikan kepada para orangtua, pemahaman tentang apa yang disebut family involvement in early childhoood. 

Bahwa keterlibatan orangtua/keluarga dalam pendidikan anak sejak usia dini adalah mutlak. Karena masa kanak-kanak merupakan periode meniru, dan orangtua sebagai guru pertama diharapkan menjadi role model sejak sebelum anak mengenyam pendidikan formal.  

Konsep pembiasaan (conditioning) yang dikemukakan Pavlov relevan untuk dilakukan oleh orangtua kepada anak di rumah. Dalam konteks ini, anak dibiasakan untuk misalnya, melaksanakan ibadah, diperdengarkan tutur kata yang sopan, kejujuran,  membantu sesama, menghargai orang lain, dan sebagainya, yang mana itu menempatkan orangtua/keluarga sang anak sebagai model. Pengalaman-pengalaman itu akan terkonstruksi dalam benak anak dan kemudian menjadi bekal positif ketika ia mulai terlibat dalam proses pembelajarn formal di sekolah.

Dalam artikelnya A desirable Parental Role di www.csub.edu,,  Joy Klepfer secara tajam menguraikan dalam aspek mana saja peran orangtua sangat menentukan keberhasilan pendidikan anak. Menurutnya setidaknya ada dua peran penting orangtua dalam mendukung pendidikan anak;

Pertama, peran orangtua dalam mendukung pendidikan anak.  Klepfer mengutip  studi yang dilakukan Ronald Ferguson " nearly half of a child's achievement in school can be accounted for by factors outside the school, including parent support. 

The support could be in making sure that child arrives at school, well-rested, well-fed, and ready to learn, or settting high expectations for their child."  Klaim ini mengatakan separuh pencapaian anak di sekolah ditentukan oleh faktor-faktor di luar sekolah, termasuk dukungan orangtua. Dukungan itu berupa memastikan anak hadir di sekolah, cukup waktu beristirahat, cakupan makanan yang baik, kesiapan untuk belajar dan terutama  menetapkan harapan yang tinggi untuk pendidikan anak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline