Geografi adalah mata pelajaran yang cukup membosankan dibanyak sekolah. Siswa menganggapnya sebagai pelajaran yang membuat mereka banyak menghafal nama-nama tempat beserta lokasinya. Lalu apa yang sebaiknya dilakukan agar stigma negatif yang kurang tepat ini segera Sirna?
Berdoalah kepada tuhan agar tidak dipertemukan dengan siswa-siswa seperti itu. Atau malah sebaliknya, siswa yang berdoa agar tidak dipertemukan dengan guru yang membosankan. Namun bila ingin menjadi dambaan siswa, beranjak dari kebiasan lama melalui membaca konteks maupun teks adalah jalan terbaik.
Baca juga: Jalan Terjal Memahami Geografi
Suatu pagi di bulan Agustus ini, saya berkesempatan membaca buku yang ditulis Risnani, padahal saya membelinya sejak beberapa bulan yang lalu.
Buku ini semacam media pertemuan pikiran ketika raga tak sempat berjumpa. Ditulis untuk berkomunikasi dan bertukar pengalaman.
Perjumpaan sebagaimana pembelajaran tidak mesti berlangsung dalam ruang kelas. Ia dapat berlangsung di mana saja, termasuk di kamar, salah satu ruang paling privat dari manusia. Kurikulum pembelajaran yang saya lakukan terbangun atas kerelaan memanfaatkan waktu.
Saya membaca buku itu di atas kasur yang terbungkus kain merah motif bunga. Dingin dan teduh suasananya. Radit di kamar sebelah turut menjaga stabilitas gelombang bunyi dengan bersemedi di depan meja kesuksesan sembari menyusun Tesis fenomenalnya.
Risnani berbagi kisah petualangannya dalam menghadapi siswa SMA 1 Torjun, Sampang Madura, yang memiliki kompleksitas masalah pembelajaran. Kasus guru seni yang wafat tidak lama setelah dipukuli siswanya terjadi di tempat ini.
Di SMA 1 Torjun ada sebuah kelas yang dijuluki sebagai "pasar tumpah". Para Guru mengeluhkan kesemrawutan siswanya. Sebelum dan sesudah mengajar di kelas ini kepiluan kerap menggerogoti perasaan.
Namun, ada seorang guru yang merasakan hal berbeda. Ia tidak pernah mengalami nasib buruk itu, malah siswanya menunjukkan keseruan dalam pembelajaran. Guru datang ke kelas dengan gembira dan meninggalkan kelas dalam keadaan siswa bersuka ria.
Guru itu memahami duduk persoalan, mengerti jalan keluarnya, serta berani berimprovisasi. Ini adalah kunci suksesnya.