"Apa yang paling mempengaruhi hasil belajar siswa?" tanya saya kepada dua orang kawan, "(a) model pembelajaran yang diterapkan guru, (b) kondisi siswa, atau (c) kualitas bahan ajar."
Ahmad Taher, kawan se-kelas, memberikan jawaban di luar dari tiga pilihan yang saya ajukan. Menurut pemuda asal Sumenep ini, yang paling mempengaruhi hasil belajar adalah lama belajar. Semakin lama waktu yang digunakan untuk belajar, semakin banyak pengetahuan yang diproduksi. Peluang memperoleh hasil belajar yang tinggi semakin menganga. Tampaknya, ia setuju dengan penerapan full day school.
Lama belajar yang diharapkan Taher mirip yang diimplementasikan Korea Selatan, salah satu negara dengan sistem pendidikan terbaik dunia. Tingkat literasi Korsel mencapai 100 persen. Tes analisa dan berpikir kritis apa lagi, Korsel selalu menempati urutan teratas. Waktu belajarnya di sekolah berlangsung dari pagi sampai malam.
Dilansir dari ruangguru.com, lama belajar siswa SMA di negeri sejuta wanita cantik ini adalah 14 jam. Persaingan ketat dan keinginan agar lolos di perguruan tinggi membuat motivasi mereka menggunung. Meskipun pembelajaran dimulai sejak pukul 8 pagi hingga pukul 22 malam. Saking tekad yang begitu mengkristal, siswa Korsel masih doyan mengikuti les tambahan hingga malam semakin larut.
Taher pasti senang kalau sistem Korsel diterapkan di Indonesia. Mutu pendidikan akan meningkat. Terlebih bila mengingat waktu belajar di sekolah kita yang cuman sebentar saja. Itu pun, siswa masih banyak mengeluh.
Sistem pendidikan Korsel memang semerbak di kancah global, namun pada saat yang sama kita tidak bisa menutup mata atas maraknya kasus bunuh diri yang dilakukan oleh siswa-siswinya. Tekanan yang begitu tinggi kerap membuat kebulatan hati mereka menyusut dan memilih terjun bebas dari jembatan sebagai solusinya.
Statistik mengakhiri hidup di negara yang acap kali berseteru dengan Korea Utara tersebut cukup menakutkan. Dikutip dari bbc.com, 139 siswa pada tahun 2012 dinyatakan bunuh diri, antara lain karena disebabkan tekanan ujian sekolah. Lebih lanjut BBC memberitakan tingkat rata-rata bunuh diri secara umum di Korea Selatan mencapai 33,5 orang untuk setiap 100.000 jiwa.
Alasan bunuh diri pelajar Korsel berbeda dengan Indonesia. Putus cinta adalah salah satu dalih terkuat siswa di negara kita menghilangkan nyawanya. Tepuk tangan!
Berlainan dengan Taher, seorang mahasiswi dari kelas yang sama berpendapat hasil belajar sangat dipengaruhi oleh model pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Sekeras apapun materi yang akan dikonsumsi, dengan model pembelajaran, siswa akan lebih mudah mengunyahnya.
Ada banyak model-model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar, di antaranya adalah Think Talk Write (TTW). Ellysa Putri membuktikan hal ini. Penelitian tesisnya di MAN Banda Aceh, tahun ajaran 2014/2015, menunjukkan bahwa model TTW yang ia terapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa kelas X IPS. Putri tidak sendiri. Selain dia, ribuan peneliti lain sudah membuktikan keampuhan model-model pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar. Cari saja di scholar.google.co.id.
Berbicara mengenai hasil belajar, secara umum ada dua faktor yang dapat memengaruhinya, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor Internal adalah pengaruh yang berasal dari individu si siswa, di antaranya adalah intelegensi, minat, bakat, motif, dan kematangan. Faktor eksternal antara lain, yaitu: kondisi keluarga, lingkungan masyarakat, dan sekolah. Faktor sekolah dapat dipilah, termasuk model-model pembelajaran yang diterapkan guru.