"Mad,...!" Terdengar suara keras dari arah kanan, ketika saya sedang ngobrol dengan mas Joko Kasatgas Penuntutan dan sedang berjalan menuju masjid di lantai 3 Gedung Merah Putih KPK. Setelah kutengok ke arah kanan, ternyata suara itu datang dari Pak Komjen Pol Setyo Budiyanto, yang kebetulan juga sama-sama menuju arah masjid, pada hari Jumat tanggal 20 Desember 2024 pukul 11.45 WIB.
Seketika itu juga saya tinggalkan mas Joko dan bergegas ke arah pak Setyo untuk memenuhi panggilannya. Sesampai di depan beliau, saya ulurkan tangan dan berjabat tangan, seraya mengucapkan: "selamat bapak, atas penugasan sebagai ketua KPK yang baru"
Di sebelah pak Setyo ada pak Fitroh Rochcayanto yang juga terpilih sebagai wakil Ketua KPK, dan berjabat tangan denganku seraya berucap: "selamat ya, sudah selesai ikut pendidikan. Sekolahnya dimana?" Sapa pak Fitroh penuh keakraban. Sambil berjalan menuju masjid untuk menunaikan shalat Jumat
Ini momen yang jarang terjadi, unsur pimpinan KPK bersama-sama datang menuju masjid menunaikan salat Jumat tanpa dikawal ajudan. Unsur pimpinan berjalan santai, bertemu siapa saja, tanpa banyak protokoler, semoga ini awal yang baik dalam memulai tugas berat sebagai nahkoda dalam memberantas korupsi selama lima tahun kedepan.
Terkait hubungan antara pemimpin dan anggota dalam suatu organisasi, ada Teori Hubungan Pemimpin-Anggota (Leader-Member Exchange Theory), hal ini dikemukakan oleh George B. Graen dan Joni A. Cashman dalam artikel yang berjudul : A Vertical Dyad Linkage Approach to Leadership within Formal Organizations, yang dipublikasikan tahun 1975. Adapun dua tipe hubungan antara pemimpin dengan anggota, dapat dibedakan sebagai berikut :
- Anggota yang memiliki hubungan lebih dekat dengan pemimpin, mendapatkan lebih banyak perhatian, sumber daya, dan peluang. Dampak dari tipe ini antara lain: tumbuh motivasi anggota, kepuasan kerja meningkat, anggota merasa lebih dihargai serta dapat lebih berkontribusi terhadap keberhasilan organisasi.
- Anggota yang hubungannya dengan pemimpin bersifat formal. Hubungan ini lebih transaksional, dengan interaksi yang terbatas hanya pada kebutuhan pekerjaan. Dampak dari tipe ini, anggota merasa kurang dihargai dan tidak memiliki kesempatan berkembang.
Dengan mengadopsi tipe kepemimpinan yang pertama, seorang pemimpin tidak perlu menjaga jarak dengan anggotanya, seorang pemimpin lebih sering bertemu dengan anggota sehingga dapat mendengar permasalahan dari anggota secara langsung. Hal ini akan berdampak pada tumbuhnya motivasi anggota dalam bertugas. Adakalanya prosedur yang panjang, protokoler yang berliku seringkali menjadi halangan bagi anggota yang butuh keputusan cepat dan tepat dari pimpinannya.
Namun tidak semua pemimpin melakukan hal seperti itu, masih ada tipe pemimpin yang lebih mengedepankan hubungan keakraban antara pemimpin dengan bawahannya. Seyogyanya seorang pemimpin menyadari bahwa organisasi tiada berguna tanpa peran anggota, sulit disebut pemimpin bila tak punya anggota, keberhasilan tugas berkat sinergi antara pimpinan & anggotanya.
Sebelum dilantik oleh Presiden Prabowo Subianto sebagai Ketua KPK periode 2024-2029 pada hari Senin tanggal 16 Desember 2024 di Istana Negara, pak Setyo memang sudah akrab dengan anggotanya. Contoh pada pertengahan November 2024 lalu, beliau bersedia meluangkan waktu untuk bertemu dengan penulis. Pada saat itu penulis ada sedan gada tugas dari lembaga pendidikan Polri untuk berkoordinasi di kantor sebuah kementerian dan pak Setyo meminta agar saya menghadap di ruangannya. Karena kesibukan beliau, penulis bertemu hanya sebentar, kurang dari 2 menit.