Tak ubahnya berhubungan dengan orang-orang di dunia nyata, saat berselancar di dunia maya―kita akan menjumpai berbagai macam karakter manusia; orang-orang dengan latar belakang ras, agama, suku dan golongan yang berbeda-beda. Di mana dalam situasi seperti itu seringkali memunculkan pemikiran-pemikiran yang tidak mungkin bisa selalu sama; yang pada akhirnya akan menghasilkan sebuah diskusi yang berujung pada debat kusir (baca: mengejek, merendahkan, memperolok, merendahkan, menghina).
[caption id="attachment_237151" align="alignnone" width="480" caption="Orang lainlah yang akan menilai intelektualitas anda. Orang lain pula yang akan menyatakan anda sebagai pemenang atau pecundang. "][/caption]
Dalam alam demokrasi, berbeda pendapat adalah sesuatu hal yang biasa. Itulah salah satu bekal yang mesti kita camkan saat bersosialisasi di situs jejaring sosial. Kita bebas mengutarakan pendapat, pandangan, pemikiran dan uneg-uneg. Namun, perlu diingat, kebebasan yang diberikan oleh ‘demokrasi’ adalah kebebasan yang bertanggung jawab. Bukan kebebasan yang sebebas-bebasnya dan tanpa ada batasan.
Ketika anda melontarkan sebuah ‘status’ maka anda harus siap jika sewaktu-waktu ada orang yang menyanggah ‘status’ anda―demikian pula sebaliknya, ketika anda hendak menyanggah ‘status’ orang lain, anda harus memilki cukup pengetahuan tentang topik yang sedang dibicarakan. Artinya, jangan menulis sesuatu yang tidak anda ketahui dan jangan pula menyanggah atau memperdebatkan status orang lain yang diluar pengetahuan anda.
Anda tidak dapat memenangkan perdebatan tanpa mengikuti ‘etika debat’. Sebab, menang atau kalah, bukan anda atau lawan anda yang menilai. Tapi, orang-orang yang mengikuti perdebatan anda. Etika dalam perdebatan itu antara lain:
- Sampaikan pendapat dengan bahasa yang jelas, sopan dan tidak memprovokasi permusuhan.
- Status yang anda tulis haruslah berupa kalimat, foto atau link yang dapat memberi manfaat.
- Menyanggah dan mempertahankan pendapat dengan mempergunakan logika, argumen dan data-data pendukung yang memadai.
- Tinggalkan arena debat setelah lebih dulu berpamitan; jika anda berada dalam situasi di mana lawan debat anda mulai berkata-kata buruk, seperti: menghina, merendahkan atau melontarkan pendapat yang tidak masuk akal dan logika, dan menolak data-data yang anda ajukan tanpa disertai dengan argumentasi yang bisa diterima.
Hal lain yang perlu disadari dalam bersosialisasi di situs jejaring sosial adalah: kebenaran tidak mungkin dapat kita kuasai sepenuhnya, kita hanya mampu mendekati kebenaran melalui kebenaran-kebenaran parsial, versi-versi kebenaran (ilmu pengetahuan yang benar).
Dan satu lagi yang harus disadari saat bersosialisasi di jejaring sosial―jika kita menyatakan diri sebagai orang yang beriman kepada Tuhan, artinya, kita memandang diri sendiri sama dengan orang lain―dengan potensi yang sama untuk benar dan untuk salah. Maka iman membuat orang menjadi rendah hati dan bersedia melakukan musyawarah dengan sesamanya. Seorang beriman akan tulus untuk kemungkinan menerima kebenaran orang lain dan mengakui kesalahan diri sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H