Sebagian besar kita pasti sudah tak asing lagi dengan istilah penyakit autoimun. Istilah yang digunakan untuk mendiagnosa jenis-jenis penyakit, seperti: Systemic Lupus Erythematosus (SLE), Rheumatoid Arthritis (RA), Sindrom Sjögren, Sindrom Churg-Strauss, Tiroiditis Hashimoto, Penyakit Graves, Diabetes Mellitus Tipe 1 (IDDM) dan Idiopathic Thrombocytopenic Purpura. Sebenarnya, terdapat lebih dari 80 jenis penyakit autoimun. Penyakit ini selalu menempatkan penderita pada kondisi kronis, melemah dan terancam jiwanya. Data menunjukkan, penyakit ini merupakan penyebab utama kematian pada perempuan di berbagai kelompok umur.
Manusia memiliki sistem imunitas atau sistem kekebalan, yang memungkinkan tubuhnya mampu melawan benda asing atau antigen, sehingga ketika sakit tubuh bisa menyembuhkan dirinya sendiri. Namun, pada penderita penyakit autoimun, yang terjadi justru sebaliknya―sistem imunitas tidak mampu melindungi tubuhnya―dan justru menyerang dirinya sendiri.
Mengapa hal ini bisa terjadi?
[caption id="attachment_243013" align="alignnone" width="500" caption="Sistem kekebalan tubuh dirancang untuk pertahanan tubuh melawan benda asing atau zat-zat kimia berbahaya yang menyerang. Beberapa zat-zat termasuk mikroorganisme (biasanya disebut kuman, seperti bakteri, virus, dan jamur), parasit (seperti cacing), sel kanker, dan bahkan organ dan jaringan yang ditransplantasi. Zat-zat yang merangsang reaksi kekebalan di dalam tubuh disebut antigen (Sumber gambar: www.wikipedia.com)"][/caption]
Heat Shock Protein (Hsp)
Heat Shock Protein (Hsp) adalah protein yang diproduksi sel pada saat sel tersebut berada dalam kondisi stres. Kemunculan Hsp bermakna positip bagi tubuh karena mereka memainkan peran penting dalam melindungi sel dari kerusakan. Semua sel hidup mampu memproduksi Hsp, baik sel manusia maupun sel patogen―sebagai salah satu bentuk mekanisme pertahanan. Hsp juga merupakan cara adaptasi makhluk hidup terhadap perubahan lingkungan hidupnya.
Pada saat menginfeksi tubuh manusia, patogen juga akan memproduksi Hsp. Hsp yang diproduksi sel patogen akan dianggap sebagai benda asing (antigen) oleh sistem imun manusia, sehingga memicu respon imun yang kuat.
Untuk melawan Hsp patogen, sistem imun manusia akan memproduksi Hsp sebagai bentuk pertahanan. Dan ternyata, Hsp yang diproduksi manusia dan Hsp patogen sangatlah mirip. Walaupun demikian, reseptor limfosit pada sistem imunitas sel (sel-T) mampu mengenali mana Hsp manusia dan Hsp patogen. Akan tetapi, pada penderita penyakit autoimun, fungsi sensor tidak bekerja dengan baik sehingga gagal membedakan mana Hsp-nya sendiri dan mana Hsp lawan. Hal ini menyebabkan sistem imun manusia justru menyerang Hsp-nya sendiri.
[caption id="attachment_243014" align="alignnone" width="300" caption="Antigen mengandung determinan antigenik (epitop) dan antibodi memiliki antibody combining sites (paratopes). (Sumber gambar: Copstead and Banasik, 2000 dalam www.sarmoko.blog.unsoed.ac.id)"]
[/caption]
Autoimunitas dan Penyakit autoimun
Autoimunitas adalah gambaran keadaan ketika sistem kekebalan tubuh (antibodi) menyerang organ atau jaringan tubuh sendiri―yang bisa dipicu oleh beberapa faktor, antara lain: genetis, infeksi dan makanan. Atau suatu keadaan di mana sel limfosit yang secara tiba-tiba menjadi aktif dengan sendirinya. Hal ini bisa terjadi karena tubuh gagal mengenali bagian-bagian tubuhnya sendiri. Selanjutnya, tubuh justru memberikan respon imun terhadap selnya sendiri (organ dan jaringan).
Keberadaan autoimun hampir selalu mengakibatkan munculnya penyakit autoimun. Walaupun autoimunitas dan penyakit autoimun sebenarnya merupakan dua hal yang berbeda. Demikian pula Hsp―bila Hsp yang muncul ternyata epitopnya (area tertentu pada molekul antigen yang mengikat antibodi) mirip dengan epitop jaringan tubuh maka akan timbul penyakit autoimun. Pada kasus atherosklerosis, mekanismenya diawali dengan peradangan―di mana sel radang juga akan memfagositosis jaringan lunak.
Mungkin anda pernah mendengar bahwa infeksi Streptococcus mutans di gigi bisa memicu penyakit kelainan jantung. Hal ini terjadi karena epitop antigen Streptococcus sama dengan epitop pada klep jantung. Pada penderita penyakit autoimun, sistem kekebalan yang mestinya ditujukan pada Streptococcus, ternyata juga menyerang klep jantung.
Masih banyak pertanyaan yang belum terjawab. Untuk itu masih sangat dibutuhkan penelitian lebih lanjut; terutama mengenai autoantigens, autoantibodi dan sel autoreaktif untuk penanganan penyakit autoimun yang lebih terarah. Dan harus kita akui, kita sangat lebih dalam riset-riset ilmu dasar.
Artikel Terkait:
Hsp, Deteksi Dini Penyakit Kanker
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H