Sejak dulu, bangsa barat sering menggambarkan Nabi Muhammad dan pengikutnya dengan stereotip: pasukan Arab fanatik, yang memegang Qur’an di tangan kiri dan menghunus pedang di tangan kanan. Sebuah penggambaran yang tidak masuk akal. Betapa tidak, bagi kaum Muslim, perbuatan yang ditabukan, memegang Qur’an dengan tangan kiri. Andai dibalik sekalipun; Qur’an di tangan kanan dan pedang di tangan kiri ― lebih tak masuk akal lagi. Dengan begitu, apakah pasukan Muslim adalah orang-orang yang semuanya kidal?
Tak bisa dipungkiri, film 'Innocence of Muslims' memang sangat kontroversial. Tak heran jika dianggap sebagai penghinaan terhadap Islam dan Nabi Muhammad. Jutaan umat mendemo Kedubes AS di berbagai negara. Pemerintah AS harus membayar mahal ‘kebebasan’ itu dengan tewasnya Christopher Stevens, Dubes AS dan tiga stafnya di Benghazi, Libya. Mereka tewas dalam sebuah serangan roket yang di arahkan ke mobilnya.
Film itu mengisahkan kehidupan Nabi Muhammad. Nabi yang sangat dimuliakan kaum Muslim itu digambarkan sebagai seorang pedofil dan pengidap homoseksual. Wajar bila kaum Muslim tersinggung dibuatnya. Selain temanya buruk, film itu juga dikerjakan asal-asalan. Mirip panggung sandiwara 17 agustusan di kampung-kampung. Rendah sekali kualitas sinematografinya. Lebih bertujuan merusak daripada niatan berkesenian.
Film buruk itu dibuat oleh Sam Bacile, pria keturunan Israel-Amerika. Kepada Wall Street Journal, Bacile mengungkapkan film itu berbiaya 5 juta USD, berasal dari sejumlah donatur penganut Yahudi.
Selain Rosululloh, Yesus dan Bunda Maria pun tak luput dari hinaan. Dalam buletin The Economist, London, Vol. 306. No. 7533, 16 Januari 1988, hal 90, dikatakan bahwa sebelum Yesus meninggal, sempat diberi tahu ibunya tentang siapa sebenarnya ayahnya. Hal itu bukan hanya merendahkan umat Kristen, namun juga umat Islam. Isa al-Masih atau Yesus Kristus (bhs Yunani) adalah manusia mulia, dan Maryam atau Bunda Maria adalah seorang perawan suci, yang bisa berputra atas kehendak Tuhan. Namun, kaum Yahudi menuduh Maryam dengan tuduhan tak senonoh.
Sekarang, kita hidup berabad-abad pasca era Nabi Muhammad. Mudah sekali kita temukan fakta ilmiah menyangkut karya Nabi Muhammad. Bukan membela beliau karena semata-mata saya seorang Muslim. Nabi Muhammad dan ajaran yang dibawanya, terbukti berhasil membangun peradaban manusia. Kaum Muslim yang tersebar di seluruh dunia sekarang ini adalah warisannya. Bukti kebesarannya yang tak terbantahkan.
Kelompok anti-Islam dan anti-Muhammad akan selalu ada. Film Innocence of Muslims bukanlah yang pertama, dan tidak mungkin jadi yang terakhir. Apalagi di negara sebebas Amerika Serikat. Sebaiknya, kita dengarkan saja nasehat KH Said Aqil Siroj, Ketua Umum PBNU: Film itu jangan disikapi berlebihan. Jangan menghabiskan energi dengan tindakan yang kontra produktif. Apalagi sampai menimbulkan korban jiwa.
Tak ada cara lain melawan kejahatan selain dengan kebaikan. Karena tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Oleh karena itu, lawanlah kejahatan dengan sesuatu yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H