Lihat ke Halaman Asli

Jerit Petani

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

[caption id="" align="alignnone" width="240" caption="(ilustrasi : tarafaza.wordpress.com"][/caption]

Jerit melambung

Penuh makna tak terdengar

Penuh harapan tak usai

Penuh untaian tak terangkai

Melangkah tanpa lintasan

Terdiam bak karang

Balikkan! Balikkan!

Ladang mungil itu tak kuasa berbisik

Terpaku, menunggu Juragan baru

Jiwa berbisik tak rela

Senyum geli di raut Sang Juragan

Balikkan! Balikkan!

Perut kami diisi apa nantinya?

Anak kami menjerit tak berdaya

Balikkan! Balikkan!

Juragan sudah begitu kenyang

“Petak ini untuk kami”, mata belinang minta kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline