Lihat ke Halaman Asli

Burung Berkicau

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Burung berkicau merdu dan syahdu, tak hendak berkata “telah aku kabarkan pagi-Mu pada dimulainya segala yang alpa

Tapi burung itu hanya sekedar mendendangkan kewajaran, bukankah cukup hanya didengar saja, seperti beribu-ribu kata yang muntah dari mulut maha guru bersabda.

**

Burung berkicau itu juga tak ingin mengabarkan, “aku hanya sekedar wujud dari pemuasan dahaga keinginan, meski merebut kemerdekaan

Tapi kicau burung itu hanya melakukan apa yang telah digariskan, meskipun kepakan sayapnya tak nampak karena garis-garis jeruji besi yang tersepuh warna emas.

beruntunglah aku tak terjemahkan dalam kotak yang hanya berisi kicau dan siulan, sementara tubuhku diawetkan dalam etalase-etalase dari sebuah kesombongan yang ganjil

Katanya, yang aku terjemahkan sebebas Nabi Sulaiman.

**

Burung berkicau, tiap pagi sebelum terhempas sinar mentari,

Ya tiap pagi, meski si tuan tak pernah memberi arloji

Karena si tuan sibuk mengkalkulasi,

gunung emas yang berhasil ditimbun hari ini




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline