Di antara hirup pikuk dunia yang sedang kutata
Kau tidak lagi menjelma jenis keindahan di sana
Sirna bagai lalu lalang manusia, tak menetap lama
Mungkinkah kau bukan lagi rumah yang kudamba?
Tidak, kau masih ada di kedua netra yang bersetia
Kala hati bertanya; mengapa? Aku terdiam seribu bahasa
Ada apa kiranya dengan kebimbangan yang seolah rahasia?
Kau bukan lagi keindahan yang kupuja setiap harinya
Alasan tebersit di kepala, lidah berkilah sedemikian rupa
Kau bukan sekadar indah; kau mahakarya sang pencipta