Lihat ke Halaman Asli

Otak dan Persepsi

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Setiap manusia memiliki pemahaman dan cara pandang yang berbeda dalam menilai ataupun melihat dunia. Perbedaan pendapat seseorang yang mengatakan bahwa dunia itu “berwarna”, atau “hitam-putih” bisa terjadi akibat dari perbedaan cara otak merespon rangsang yang diterima.

Persepsi manusia sering dikaitkan dengan bagaimana suatu rangsang atau stimulus ditanggapi dan ditafsirkan agar menciptakan kesan pada lingkungannya. Dalam hubungannya dengan sensasi[1], persepsi bukan hanya sekedar proses penginderaan, karena rasa manis, rasa pahit, sentuhan, sapaan dan sebagainya dapat diinterpretasikan secara amat berbeda tergantung apa yang menyebabkan serta dari konteks yang lebih luas (kebiasaan, selera, dll).

Terkait dengan proses bagaimana persepsi terbentuk, ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemahaman seseorang tentang persepsi. Hal tersebut termasuk diantaranya perhatian yang selektif, ciri-ciri rangsang, nilai dan kebutuhan individu, serta pengalaman terdahulu.

Contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari mengenai persepsi misalnya seperti seorang seniman dan orang awam. Seorang seniman cenderung untuk bisa mendapatkan kesan dari satu benda seni meskipun menurut orang awam benda tersebut sama sekali tidak memiliki unsur seni.

Kegagalan dan kekeliruan dalam proses persepsi biasanya didapat dari pengalaman yang pernah terjadi atau yang pada umumnya terjadi. Seperti pen-stereotipe-an sekelompok orang yang sebenarnya tidak memiliki sifat-sifat yang tergeneralisir tersebut. Kita ambil contoh mengapa orang Afrika selalu dianggap kaum terbelakang dan tertindas, padahal tidak semua orang Afrika seperti itu. Hal itu terjadi karena pada era sebelum masa kini, orang Afrika kerapkali diimpor sebagai budak ke negara-negara maju dengan istilah “Arang”. Mungkin hal inilah yang mendasari penjabaran streotipe orang Afrika di masa kini.

Apparent Motion

Pada tahun 1912 seorang ilmuwan berkebangsaan Jerman, Max Wertheirmer, mengadakan penelitian mengenai isu yang sekarang memiliki posisi inti dalam berbagai studi kasus mengenai persepsi gerak, atau yang lebih dikenal sebagai Wertheimer’s Monograph.

Wertheimer menganalisa sebuah kasus sederhana mengenai dua objek diam yang diletakkan dalam posisi berbeda akan menghasilkan gerakan—sifat yang mengiringinya tidak dimiliki oleh satu objek saja, yang dinamakan gerak semu. Pergerakan semu dihubungkan kedalam beberapa faktor seperti : (a) proses yang disesuaikan dengan gerak mata; dan (b) kesimpulan kognitif dari tipe “ saya lihat X, saya lihat Y, maka X pasti berpindah ke Y”.

Gambar 1proses deteksi pergerakan mata. Frame 1-3 diperlihatkan secara cepat dan bergantian, lalu yang tertangkap oleh otak adalah Frame 4 dimana posisi benda vertikal seolah berpindah ke posisi benda horizontal.

Gambar 2Skema yang menggunakan gerak semu simultan arah bersebrangan.. Frame 1 dan 2 digabungkan sehingga menjadi Frame 3, lalu disini akan terlihat bahwa Frame 3 terlihat lebih tebal dari Frame 2.

Dalam banyak kasus, gerak nyata dan gerak semu seringkali tidak dapat dibedakan, meskipun oleh peneliti yang sudah berpengalaman sekalipun. Namun, beberapa kasus serupa ada yang bisa dikenali dengan tepat, akan tetapi bukan karena kasus A adalah sebuah gerakan dan kasus B bukanlah sebuah gerakan, melainkan ada jumlah yang berbeda dalam intensitas gerakannya. Ada yang menyebutkan bahwa, “satu gerakan dibedakan dari lainnya karena yang satu sangat sering gerakannya, sangat kuat, dan itu adalah gerakan yang terbaik”. Pendapat tersebut tidak selalu merujuk pada gerakan nyata, tapi kepada dua stimulus diam. Alhasil, seiring dengan perkembangan zaman, model gerak semu yang ditemukan oleh Wertheimer ini sudah diterapkan dalam berbagai film animasi.

Teori lain yang dikemukakan oleh Wertheimer diantaranya mengenai Perseptual Inertia : Hysteresis. Menurutnya, Ada beberapa Perseptual Innersia yang tergabung dalam Hysteresis, yaitu:

a. Hysteresis of motion : Perseptual tanpa adanya stimulus

b. Hysteresis of Stimulus Orientation : Perseptual dengan adanyastimulus

c. Hysteresis of Stimulus Timing : Perseptual dengan adanya stimulus yang dipengaruhi waktu.

Dari semua paparan mengenai monografi Wertheimer ini, kita dapat menarik kesimpulan akan gerakan semu, bahwa fenomene ini membutuhkan bukan sekadar menyatakan keberadaan gerak semu dan arah pergerakannya, namun juga berbagai variasi dari penjelasan banyaknya jenis gerakan sebagai salah satu dari perubahan parameter spatiotemporal.

Müller-Lyer Illusion

Ilusi adalah satu dari kesalahan persepsi, yaitu memperoleh kesan yang salah mengenai fakta-fakta objektif di sekitar kita. Faktor penyebab ilusi ada empat; faktor eksternal, kebiasaan, kesiapan mental, dan kondisi rangsang yang terlalu kompleks.

Faktor eksternal dari penyebab ilusi bisa diamati seperti pada gaung suara yang terjadi. Gaung datang dari arah yang berlawanan dengan posisi dimana kita berdiri, maka dari arah itu pulalah gaung masuk ke dalam telinga kita hingga menimbulkan kesalahan persepsi.

Lain halnya dengan kebiasaan, rangsang-rangsang yang sudah biasa disajikan sesuai kebiasaan kita, akan lebih mudah untuk menimbulkan ilusi.

Kesiapan menta atau harapan tertentu seseorang juga berpengaruh terhadap terjadinya ilusi, semisal jika seseorang sudah lama tidak bertemu dengan teman lamanya dan merasa rindu, maka kemana pun dia pergi akan seolah-olah menemukan orang yang mirip dengan teman lamanya tersebut.

Terakhir adalah ilusi yang terjadi akibat rangsangan yang ada terlalu kompleks. Semisal jika ada banyak rangsang yang didapat, maka rangsang yang dominan akan menutupi rangsang lainnya yang lebih kecil pengaruhnya.

Ilusi Muller-Lyer adalah satu dari sekian banyak ilusi visual yang paling dikenal dalam sejarah psikologi. Ilusi ini menggambarkan secara gamblang tentang bagaimana informasi diolah oleh otak manusia.

Sebagai contoh dari ilusi ini, jika kita menempatkan jari telunjuk dan ibu jari kedua tangan membentuk seperti semacam bingkai di kepala orang lain yang jaraknya relatif dekat dengan kita, dan meindahkan arah pandang ke kepala seseorang yang jaraknya lebih jauh daripada objek pertama, maka bingkai yang tadi kita buat tidak terisi seluruhnya oleh figure objek kedua, hal inilah yang dimaksud dengan ilusi Muller-Lyer.

Gambar 3.1kotak dan garis. Bagaimanakah otak anda memproses gambar ini?

Dalam gambar ini terlihat garis-garis horizontal yang membentuk bidang tampak tidak lurus, akan tetapi jika diperhatikan lebih jauh, sebenarnya garis tersebut lurus dan tidak miring. Kotak-kotak hitam itulah yang menciptakan kesan ketidakteraturan dari garis-garis horizontal tersebut.

Inti dari ilusi ini adalah bagaimana otak memproses informasi melalui jaringan neuron di organ penglihatan manusia untuk menyesuaikan penerimaan gambar dengan kondisi 3D yang sesuai untuk menimbulkan efisiensi dalam penginterpretasian.

Signal Detection

Dasar dari teori mengenai signal detection digunakan untuk menganalisis data dalam sebagian besar aspek psikologi kognitif, seperti dalam hal mendeteksi kemunculan stimulus yang dilakukan oleh para ahli. Dalam kehidupan sehari-hari misalnya, seseorang yang memiliki pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi tinggi seperti operator radio di kapal laut akan memiliki kepekaan yang tinggi terhadap bunyi-bunyian yang terdengar dan membedakan kesemua jenis bunyi tersebut dalam bentuk kode terstruktur untuk diinterpretasikan sebagai pesan.Hal yang menarik adalah bagaimana seseorang dapat membedakan kesemua jenis bunyi tersebut tanpa terganggu oleh bunyi-bunyian latar atau bunyi yang mengganggu lainnya.

Visual Searching

Seseorang dapat melihat benda-benda yang ada di sekelilingnya dalam bentuk 3D, dan tentunya seseorang tidak perlu mendekati semua objek itu satu persatu untuk memberikan kesan dari wujudnya dan hanya perlu mendeteksi detil seperti sudutnya, gerakannya, dan jaraknya. Kesemuanya dikombinasikan sebagai satu kesatuan yang memiliki makna.

Sekarang bayangkan jika Anda baru pertama kali menginjakkan kaki di Eropa, kesan pertama yang didapat dari penglihatan sekeliling Anda pastilah mengenai gambaran umum tentang sekeliling, seperti bangunan-bangunan, orang, dan mobil. Seseorang yang ditempatkan di tempat yang benar-benar baru tidak akan menyadari tentang detil-detil sekelilingnya, seperti warna, dan sebagainya. Umumnya, manusia mendeteksi pola-pola umum terlebih dahulu sebelum pola mendetil diamati.

Kesimpulan

Otak adalah bagian tubuh manusia yang bekerja paling kompleks. Dari mulai mengatur bagaimana anggota tubuh harus bergerak, sampai memikirkan cara agar sesuatu objek harus direpresentasikan sedemikian rupa agar memiliki makna.

Dari penelitian dan teori-teori yang telah dikemukakan oleh para ahli sebelumnya, otak memiliki keterbatasan dalam mengolah informasi. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya kesalahan dalam memahami informasi yang diterima otak. Hal ini tidak terlalu mengambil andil dalam kehidupan sehari-hari. Namun, ketika dihadapkan dalam suatu kondisi tertentu, otak akan seolah-olah salah dalam merepresentasikannya.

Persepsi, seperti telah dijelaskan sebelumnya, adalah bagaimana cara otak memahami dan merepresentasikan rangsangan yang diterima oleh indera. Jadi, ketika kesalahan persepsi terjadi, itu semua tergantung dari bagaimana seseorang menangkap makna dari hal tersebut.

[1] Maksud dari sensasi disini adalah kemampuan alat indera untuk menerima rangsang dan memprosesnya di dalam otak, sehingga menimbulkan suatu hal yang bernama perasaan (sense). Sensasi berkaitan dengan proses neurosystem , sedangkan persepsi cenderung padaproses mental dari rangsangan yang diterima.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline