Kaget! Antiklimaks! Kecewa!
Itu yang kira-kira menjadi reaksi yang saya tangkap dari pendeklarasian dua pasang Capres-Cawapres di menit-menit terakhir pendaftaran. Mengapa oh mengapa Jokowi pilih Ma'ruf Amin? Mengapa bukan Mahfud MD? Mengapa Sandi tega menusuk AHY dari belakang... lagi? Percayalah kawan, sekecewa-kecewanya Ceby-Kampry tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kekecewaan Pepo-Memo.
Kekecewaan Kelompok Ceby
Banyak die-hard Ahoker yang kecewa dan bahkan marah dengan terpilihanya Ma'ruf Amin sebagai pendamping Jokowi dalam Pilpres 2019. Mereka merasa Jokowi telah mengkhianati sahabatnya Ahok dengan memilih Ma'ruf yang ikut berperan menjebloskan Ahok dalam penjara.
Ajakan Golput pun berkumandang. Belum lagi ditambah pendukung Mafud MD yang merasa di PHP. Golput adalah hak tapi tolong jangan ngajak-ngajak. Dan kalau boleh saya sarankan untuk pikir-pikir lagi. Masih ada waktu sampai April 2019 untuk menentukan sikap.
Jokowi jauh dari posisi aman walaupun survey terakhir posisinya selalu di nomor satu. Kelemahan utama Jokowi ada pada dua hal, yang pertama SARA dan kedua Ekonomi.
Pilhan pada Ma'ruf dilakukan untuk menutup lubang yang pertama, sehingga bisa konsentrasi ke masalah ekonomi. Perkara mengapa Ma'ruf dan bukan Mafud sudah dikupas dalam artikel lain di kompasiana. Buat yang tetap mau idealis silahkan dan tetap saya hormati. Saya bukan orang idealis, saya pikir yang praktis-praktis saja. Sebagai pembayar pajak saya ora sudi duit pajakku buat beli Kardus.
Ora sudi duit pajak buat beli waring untuk tutupi kali se-Indonesia,
Ora sudi duit pajak buat beli minyak nyongnyong buat kali se-Indonesia.
Ora sudi duit pajak buat tanam pohon plastik.
Ora sudi duit pajak buat tanam rumput depan halte,