Lihat ke Halaman Asli

Old Imp

Penyeimbang

Saya Pengecut Seperti Ahok

Diperbarui: 29 Maret 2016   14:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ampun para hater Ahok yang super cerdas, saya akui bahwa sebagai pendukung Ahok saya sama pengecut dengan Ahok yang saya dukung. Iya dong kan saya "SARA" jadi pengecut ya wajib mendukung pengecutlah.

Saya ngaku pengecut karena saya itu takut sekali yang namanya sumpah. Buat saya sumpah itu sesuatu yang diucapkan di hadapan Tuhan dengan niat yang tulus. Sakral itu bro, jadi tidak buat main-main. Sayang, belakangan ini sumpah makin lama makin kehilangan kesakralannya. Masih ingat bagaimana dahsyatnya Sumpah Palapa yang terkenal itu? Atau sumpah (serapah) Mpu Gandring yang gak kalah manjur itu.

Begitu sampi di jaman edan ini sumpah sudah terdegradasi menjadi alat untuk merayu dan menipu. Coba lihat itu Dwi Grepe yang sumpah setia pada Ncum. Delilah begitu Kalijodo tergusur dia pindah ke Marunda. Walaupun dalam pengakuan Dwi yang berpaling adalah si ncum yang jadi istri siri prjabat.

Tapi kalau saya sih tetap berpegang pada keyakinan saya bahwa bila kita berniat di hadapan Tuhan maka niat itu walaupun tidak terucapkan sekalipun sudah dicatat sama Yang Maha Kuasa. Contohnya teman saya yang pernah berniat menjual batu Akiknya. Eh begitu ditawar (dengan harga yang lumayan waktu itu) dia malah ragu dan gak jadi dijual. Akhirnya harga Akik jatuh bebas dan sampai sekarang malah hilang entah kemana tuh Akikya. Rezeki yang sudah didepan mata hilang begitu saja. Makanya kalau sudah diniatkan sebaiknya cepatlah dilaksanakan. Jangan lupa dengan kecepatan SBY lho ya, kalau tidak itu kebangetan dweh. Boleh percaya boleh tidak bro, tapi yang jelas saya yang pendukung Ahok sekalipun gak bakalan berani bersumpah begini:

Kalau Ahok gak menang maka saya akan .....

1. Pindah dari Jakarta.
Bagaimana juga saya cinta Jakarta. Keluarga saya juga pada di Jakarta. Kerja juga di Jakarta. Emang segampang itu pindah? Lagian orang berebut datang ke Jakarta eh malah saya di suruh pindah, rugi ah.

2. Jalan kaki bolak-balik Belitung-Jakarta.
Ya ini jelas gak sanggup saya lakukan walaupun secara fisik mungkin saya mampu tapi berapa lama saya harus cuti untuk memenuhi sumpah saya bro. Lagian kalaupun saya dapat cuti juga gak mungkinlah pan Belitung Jakarta terpisah oleh laut bro. Gimana saya bisa jalan kaki neng?

3. Potong kemaluan.
Wadouwww, bayangin aja sudah ngilu. Kecuali saya mau ganti kelamin ya sekalian saja. Lagian kasian dong istri saya. Masa taruhannya kebahagiaan orang lain sih.

4. Di gantung di Monas.
Halah ini juga akan menyusahkan banyak orang bro, bayangkan gimana nyangkutin itu talinya ke Monas? Harus mengerahkan pasukan khusus anti teror bro. Berapa biayanya coba? Lagian emang gua Ahok yang bisa beli TNI, Polri dan KPK? Cari car yang lebih murah napa?

5. Loncat dari Monas.
Nah makanya saya bilang saya itu pengecut lagi culun dan karena otak saya otak pembantu, ya otomatis yang kepikir itu gini, bersihin tumpahan soas tomat dirumah aja repot, apalagi bersihin Monas setelah palanya si Habibuheboh melakukan touch down di ground zero? Kalau loncatnya sih gampanglah. Ahok juga jangan main enak aja cuma nyediain ambulan tinggal angkut dan pergi, water canonnya jangan lupa Koh.

Kalau dipikir-pikir lagi saya memang pengecut dan culun tapi tidak kejam kok, jadi semoga Teman Ahok berhasil ngumpulin KTP sebanyak 999.999 sajah. Peace man!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline