Tuntutlah ilmu sampai ke Negeri Cina demikian bunyi peribahasanya. Bagi yang mengenal cerita Samkok, rasanya cocok benar peribahasa tersebut karena begitu banyak yang dapat dipelajari dari Cerita Klasik tersebut. Tidak hanya intrik politik dan strategi perang, juga sastra yang bermakna sangat dalam.
Sepotong kisah dalam Samkok menceritakan bahwa setelah Cao Cao meninggal terjadi perebutan kekuasaan antara anak-anaknya Cao Pi dan Cao Zhi. Cao Pi terkenal licik dan ambisius sedangkan Cao Zhi jago dalam sastra, namun sayangnya dia juga seorang pemabuk. Cao Zhi sangat disayang Cao cao karena bakat sastranya namun kebiasaan mabujnya menyebabkan ayahnya akhirnya memilih Cao Pi sebagai penggantinya.
Cao Pi tetap menganggap Cao Zhi sebagai ancaman dan dalam suatu kesempatan karena Cao Zhi berbuat kesalahan hendak di hukum mati Cao Pi. Ibu kandung mereka memohon ampun atas anaknya Cao Zhi kepada Cao Pi. Awalnya Cao Pi setuju tapi patihnya yang tak kalah licik mengusulkan untuk mengetes kemampuan sastra Cao Zhi. Jika ia berhasil maka bebas dari hukuman mati, jika tidak maka Cao Zhi akan dieksekusi.
Cao Zhi ditantang untuk membuat puisi dari lukisan dua bateng yang sedang beradu dalam tujuh langkah tanpa menyebutkan secara eksplisit gambar yang ada dalam lukisanya. Cao Zhi melakukannya dengan bait pada tantangan pertama. Namun Cao Pi belum puas, dan menyuruh Cao Zhi membuat puisi lagi dengan tema persaudaraan mereka berdua tanpa menyebut kata saudara dalam tujuh langkah maka Cao Zhi pun berdeklamasi:
Zhu dou ran dou chi
dou zai fu zhong qi
ben shi tong gen sheng
xiang jian he tai ji
Bah apa pula itu artinya? Terjemahan harafiahnya kira-kira begini:
Menanak kacang dengan menyalakan kayu tangkainya
Kacang meratap dalam ketel/panci