Dalam menerbitkan buku, ada beberapa langkah agar buku tersebut layak diterbitkan. Seperti halnya melakukan swasunting, writing, editing, lalu Proofreading. Pada langkah swasunting penulis mengendapkan tulisannya beberapa waktu, lalu meminta teman untuk membacanya.
Lebih lanjut Pak D pada kesempatan penyampaian materi di group WA KBMN-28 beliau berpendapat bahwa Proofreading merupakan tahap terakhir dari proses editorial dan tujuannya adalah untuk menemukan kesalahan yang terlewatkan oleh penulis, editor, dan perancang buku atau formatter.
Dikutip dari laman uptbahasa.untan.ac.id, bahwa Proofreading adalah proses peninjauan kembali sebuah teks dilihat dari aspek kebahasaan dan penulisannya. Tujuannya adalah guna mengecek kembali bahwa teks atau esai yang akan diserahkan sudah bebas dari kesalahan pengetikan (typo), kesalahan ejaan, kesalahan grammar, atau kesalaha-kesalahan mendasar lainnya.
Beda dengan editing, karena orangnya disebut editor, memeriksa lebih dari itu. Dan editor menyesuaikan dengan misi perusahaan penerbitan, standar tulisan. Sedangkan proofreader melakukan uji baca pada tulisan.
Jadi proofreading bisa dikatakan langkah terakhir sebelum buku diterbitkan. Lalu bagaimana cara melakukan proofreading? Berikut caranya!
- Perhatikan secara detail, Proofreading adalah jenis membaca yang berbeda. Membacanya harus huruf demi huruf, setiap spasi,
- Membacanya dengan lantang, karena mendengar kata-kata akan membantu mendengar kesalahan yang tidak dilihat oleh mata.
- Baca perlahan, tulisan non-fiksi yang padat dan bersifat teknis. Akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengoreksi daripada yang lain
- Beristirahat dan berbaik hati untuk diri sendiri, Proofreading membutuhkan fokus lebih intens dan sulit untuk mempertahankan fokus dalam waktu yang lama
Langkah-langkah diatas merupakan untuk menemukan beberapa kesalahan seperti; perubahan kaidah, yaitu pengkhususan penulisan bentuk terikat maha- untuk kata yang berkaitan dengan Tuhan. Pada ejaan sebelumnya, aturan penulisan kata terikat maha- ada yang dipisah dan digabung syarat dan ketentuannya.
Sementara pada EYD edisi V, aturan penulisan kata terikat maha- dengan kata dasar atau kata berimbuhan yang mengacu pada nama atau sifat Tuhan, semua ditulis terpisah dengan huruf awal kapital sebagai pengkhususan. Contohnya: Yang Maha Esa, Yang Maha Pengasih, Tuhan Yang Maha Pengampun.
Hindari kesalahan minor yang "mengganggu" kenyamanan pembaca. Selain typo adakah ciri-ciri lain kalimat tidak efektif sehingga tulisan kita renyah dibaca? Ada Ya pedomani EYD untk penggunaan tanda baca dan tentu saja kosa kata. Kalau kalimatnya muter-muter dengan kosa kata yang itu-itu saja, ya _bosenin_ dan membuat kalimat tidak efektif..
Intinya, agar tulisan mudah dipahami oleh pembaca. Jika salah meletakkan tanda baca, ya diperbaiki. Jika strukturnya keliru, konfirmasi dengan penulis: "Apa yang Anda maksud dengan tulisan ini, Besty?"
Setelah proses proofreading selesai tentu sebelum naik cetak. Bila nanti jika buku kita akan naik cetak, naskah akan diberikan kepada penulis kembali.