Lihat ke Halaman Asli

M Abd Rahim

Guru/Dai

Guruku Adalah Orang Tuaku

Diperbarui: 4 November 2022   07:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri/diolah dengan canva.com

Guruku Adalah Orang Tuaku

Oleh: M. Abd. Rahim

***

Awal bulan November tahun ini disambut oleh hujan deras mencekam, saat angin kencang mengiringi malam kelam bertabur gerimis listrik pun padam. Aku adalah keluarga yang sederhana yang hidup di kamar kos-kosan ukuran 3x4 m. Aku berusaha meraih HP dan kunyalakan senternya. Lampu HP tidak bertahan lama, karena saat pulang sekolah HP lupa tidak dices, begitu juga powerbank dipakai ibuku selama dalam perjalan kerja. Hujan malam itu deras, membuat Ibuku gerah karena kipas angin mati dan kondisi kos yang kecil membuat pengap. 

Batrei HP tinggal 15 %, beberapa menit juga padam, tidak ada lampu. Di zaman modern seperti ini tidak ada lampu uplik atau yang lainnya. Lampu yang menyimpan energi cahaya tidak punya, Ibu menyuruhku beli 2 lilin di toko Bude dengan harga Rp. 5000. Masih kembali Rp. 5000 inginya kubelikan bakso atau minuman hangat apalah itu untuk menghangatkan mulut dan tubuhku yang beberpa langkah tersentuh air hujan. Namun aku belum izin sama ibu, kuurungkan niatku membeli bakso atau teh di warung sebelah. Aku hanya melewati warung tersebut dan pulang.

"Niki bu lilinnya, sekalian kulo nyalakan nggeh bu." Kataku sambil meletakkan payung di depan kamar kos.  Tak lama kemudian Ibuku tidur lelap, akupun membersihkan diri di kamar mandi kemudian belajar, atau mengecek apakah besok ada PR apa tidak. Kuteruskan membaca buku Agama dengan cahaya lilin, tak lama kemudian ibuku berteriak. "Dit ndang tidur, sudah malam. Besok bangun pagi agar tidak terlambat sekolah." Kata ibuku sambil mata yang terpejam, mengingatkanku agar segera istirahat juga.  

***

Sampai sekolah tepat pukul 06:45, walau berangkat memakai sepeda ontel. Masih ada 15 menit, bel masuk sekolah akan berbunyi. Setelah memakirkan sepeda, aku langsung menuju masjid sekolah untuk melaksanakan salat duha, setalah Duha kumembaca Al-Qur'an beberapa ayat dan teringat wajah ibuku ketika pagi tadi izin berangkat sekolah dan bersalaman kepadanya. Wajahnya sembab, matanya sedikit memerah, apakah ada masalah atau tidak sanggung membiayai aku sekolah meneruskan tanggungjawab almarhum ayahku. 

"Ya Allah dengan ayat-ayat suci yang kubaca ini, mudahkanlah segala urusan keluargaku, berikanlah kesehatan, kekuatan pada ibuku mencari nafkah buat membayar sekolahku. Ya Allah berilah kemudahan kepadanya hingga sampai aku lulus nanti." Do'a Radit yang masih membaca al-Quran. Air matanya menetes membasahi kitab suci. Pak Alif datang juga ke masjid sekolah melihatku menangis dan menepuk pundakku. "Radit yang sabar ya, pasti Allah mendengar do'a-do'amu, semoga semua diberi kemudahan." 

"Amin...ya robbal alamin." Jawabku. "Terimakasih Pak Alif."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline