Lihat ke Halaman Asli

M Abd Rahim

Guru/Dai

Terasingkan

Diperbarui: 14 September 2022   17:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri/dioalah dengan canva.com

Aku adalah ciptaan Tuhan yang terasingkan. Memilih jalan, melewati lorong-lorong sukma yang penuh hampa. Berusaha tersenyum untuk dunia yang hitam, pedih-perih melawan kebijakan. Berusaha bahagia menerima apa adanya, daripada hati terlilit duri sendiri.

Kumulai melihat gambaran dunia di sana, banyak masalah karena kebencian. Hingga masuk dalam lembaga ternama, inginnya mengunci rapat-rapat kejelekan yang pernah bersarang di dalamnya. Maka dengarkanlah petuah peribahasa lama "Sepandai-pandainya topai melompat pasti jatuh juga." Sepandai-pandainya menutupi kesalahan, pasti akan tercium juga akar masalahnya.  Aku bersyukur, karena Allah Maha Adil lagi Maha Bijaksana.

Aku juga dengar mereka menutupi kemaksiatan, perzinahan di dalam lembaga. Yang dilakukan oleh anak dari kiai ternama. Pemerintah sudah membekukan lembaga tersebut, namun akhirnya melepaskan kebekuannya. Pun terjadi di lembaga pendidikan yang lain, ada salah satu penghuni melucuti kesucian anak didiknya. Semua pelaku, seharusnya mendapatkan hukuman. 

Musim telah berlalu, melupakan kejadian-kejadian pilu. Aku juga melihat, mendengar dan merasakan posisi polisi yang penuh sandiwara, penuh tumpah darah karena hasut wanita yang berusaha menutupi kesalahan dan kebohongannya. Semoga yang terlibat memperoleh hukuman yang setimpal, jangan sampai dimakan oleh uang walau dia kaya raya. Keadilan tetaplah keadilan, harus ditegakkan. Kejujuran biarlah menjadi kunci, solusi nasib nama polisi.

Malam dunia semakin kelam, hingga tidur lelap. Dibangunkan oleh kebijakan baru kenaikan bahan bakar mesin, mereka tersipu malu karena BBM benar-benar mengalami kenaikan. Banyak yang pro dan ada yang kontra. Namun kebanyakan memilih berdiam, menunggu bantuan subsidi BBM walaupun mereka tidak termasuk di dalamnya. Mereka sudah kaya raya, memakluminya dan tidak pantas mendapatkannya.

Para calon penghuni surga, indahkan dunia dengan kabar indah penuh kesejukan. Biarlah anak-anak bangsa merekam sebuah ketauladanan. Mereka cerdas, mereka sudah pintar memahaminya. Mereka, jangan terasingkan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline