Lihat ke Halaman Asli

M Abd Rahim

Guru/Dai

Cara Menulis Buku dari Karya Tulis Ilmiah

Diperbarui: 1 September 2022   22:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Flayer KBM Gel-27, Pertemuan ke-5

"Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapapun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari." Pramudya Ananta Toer.

Menulis merupakan tingkat literasi yang paling tinggi setelah mendengar, berbicara dan membaca. Meskipun menulis tidak mudah namun harus tetap dilakukan sebagai bukti kita ikut memberikan sesuatu bagi peradaban. Tanpa meninggalkan tulisan manusia akan semakin mudah dilupakan.

Pada kesempatan ini, penulis mencoba membuat resume kegiatan Belajar Menulis Gelombang ke-27 dan pada kesempatan ini sudah memasuki pertemuan yang ke-5 yang bertemakan "Menulis Buku dari Karya Ilmiah" 

Menulis buku dari karya ilmiah tentu saja bukan hal yang mudah, tidak bisa sekedar main copy paste. Sebab ada banyak perbedaan antara keduanya. Meskipun lumayan rumit, sulit, dan memakan waktu. Jika sudah ada niat maka dijamin akan terasa lebih mudah, apalagi kalau sudah tau cara dan triknya.

Karya ilmiah adalah suatu pemikiran yang utuh. Karya ilmiah merupakan sebuah gagasan lengkap. Dalam menulis karya ilmiah, penulis diharapkan mampu untuk mengomunikasikan temuan atau gagasan ilmiahnya secara lengkap dan gamblang agar mudah dipahami.

Menulis buku dari karya ilmiah tentu bukan hal mudah sebab ada perbedaan diantara keduanya,
Menulis sebuah karya ilmiah tidak dapat dilakukan sembarangan. Terdapat beberapa tata cara penulisan karya ilmiah atau teknik penulisan.

Apa saja itu?
- bisa skripsi
- bisa tesis
- bisa PTK
- bisa karya tulis waktu SMA dulu
- bisa artikel ilmiah
- bisa laporan penelitian

Dan masih banyak lagi. Yang penting karya tersebut ditulis berdasarkan hasil riset ilmiah. Nah, biasanya setelah kita membuat semua karya ini hingga penuh perjuangan, lembur bermalam-malam, ujung-ujungnya karya tersebut hanya singgah di perpustakaan kampus atau sekolah saja. Dengan demikian, pembacanya terbatas hanya warga kampus atau sekolah itu saja.

Padahal tidak semua warga kampus atau sekolah berminat untuk membaca jenis karya tulis yang "lumayan berat" isinya ini. Alhasil, perjuangan berdarah-darah tadi, Seakan-akan kurang terbayarkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline