Ketika musim kemarau tahun lalu mengharap gerimis hujan; mengundang pilu
Kau katakan kesuksesan tak perlu dihargai atau sembunyi melewati sejarah baru
Di mana hatimu, saat aku memperoleh penghargaan? Kini sudah berlalu
Derai hatiku, merantau kesakitan dan seolah cita-cita masa depan terpaku
Dimana perasaanmu jikalau engkau dihargai sebagai penguasa yang lugu?
Diamku adalah emas yang meleleh oleh panasnya kebijakanmu
Kuberi satu tetes air susu tapi engkau balas dengan beribu empedu
Ke mana hati nuranimu, adakah sedikit untukku, untuk mencintaiku?