Lihat ke Halaman Asli

Menumbuhkan Literasi Digital ala Mojok.co

Diperbarui: 15 April 2022   15:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Saat ini banyak sekali media massa yang muncul diberbagai media cetak maupun elektronik, guna mengabarkan suatu peristiwa atau menyuguhkan suatu informasi bagi khalayak umum. Melalui sarana ini, semua orang mudah mengakses berbagai informasi yang dicari.

Alat media untuk menyebarkan suatu informasipun jenisnya beragam, seperti televisi, radio, koran, majalah, media online dan lain sebagainya. Namun, seiring berkembangnya zaman, media onlinelah yang saat ini digandrungi oleh semua orang, karena di zaman yang serba digital ini, internet mengalami perkembangan yang cukup pesat dan signifikan. 

Mojok.co adalah salah satu contoh media online yang saya temui, pembawaannya yang sangat santai dengan gaya bahasa yang kekinian dan mudah dipahami oleh semua orang. Namun, terkadang biasanya pembahasannya agak sedikit nyeleneh, nyentil, dan menggelitik seperti taglinenya, "Sedikit Nakal Banyak Akal." 

Pertama kali mengenal Mojok.co, saya melihat postingan teman yang membagikan link lewat story WhatsApp. Lalu saya klik link tersebut, kemudian tempampang tulisan berhuruf kapital dibagian atas "MOJOK." 

Saya pikir ini nama website judi online atau justru pinjaman online? Karena penamaan kosa katanya terlihat dan terdengar ora umum, setelah ditelusuri ternyata media massa layaknya media-media lain, tapi, bagi saya Mojok.co mempunyai ciri khas tersendiri daripada media-media lain. Mungkin kekhasan inilah yang menjadi karakter dalam identitas Mojok.co. Contoh khasnya seperti gaya tulisannya selow dan terkadang juga menyelipkan unsur satire dalam beberapa tulisannya. 

Nah, mulai dari situ saya ketagihan membaca dari tulisan-tulisan yang ada di Terminal Mojok. Dan Mojok.co menyadarkan saya bahwa membaca adalah membuka diri terhadap ilmu pengetahuan. 

Seketika itu saya teringat, wahyu yang pertama kali turun dalam kitab suci umat Islam, Al-Qu'an yaitu berbunyi Iqra' (bacalah), potongan ayat tersebut sudah jelas, bahwa seseorang kalau ingin memiliki pengetahuan yaitu dengan cara membaca. Oleh karena itu, buku-buku yang ada di rumah yang telah dipenuhi dengan debu, saya bersihkan dan kembali saya baca lagi. 

Seiring berjalannya waktu, membaca tulisan-tulisan di Terminal Mojok sudah menjadi habit, dan secara tidak langsung banyak pengetahuan yang didapatkan melalui tulisan penulis di Terminal Mojok. 

Bahkan, saya sampai hafal nama-nama penulis dengan tema topik tertentu yang sering nulis di Terminal Mojok. Contohnya seperti Putut EA sering nulis cerbung dan esai, Agus Mulyadi sering nulis kesehariannya, Ahmad Khadafi sering nulis cerita hikmah Mas Is dan Fansuri, Seto Wicaksono sering nulis seputar perkantoran dan Jabodetabek, Prabu Yudianto sering nulis seputar Jogja, Andri Saleh sering nulis seputar PNS dan Bandung, Primasari N Dewi sering nulis seputar Jepangan dan Koreaan, Tiara Uci sering nulis seputar Suroboyoan, dan masih banyak lagi. Mohon maaf saya tidak bisa menyebutkan semua karena saking banyaknya penulis. 

Karena sering membaca itulah, saya juga tertarik untuk menulis layaknya orang-orang yang saya sebutkan di atas tadi. Dan pertama kali untuk memulainya, saya terlebih dahulu latihan menulis di blog pribadi. 

Kenapa saya memilih blog untuk menulis dibandingkan dengan media sosial? Pertama, karena jumlah karakter blog tidak dibatasi. Kedua, tidak mudah terkena hacking (peretasan). Ketiga, melatih skill menulis. Keempat, banyak penulis ternama yang berawal dari blog untuk menulis, seperti Raditya Dika, Agus Mulyadi, dll. Kelima, mudah digunakan bagi pemula seperti saya dan banyak pilihan tamplate yang gratis. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline