Lihat ke Halaman Asli

Green Productivity: Sebuah Oxymoron Baru ?

Diperbarui: 26 Juni 2015   09:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sebenarnya tulisan ini sudah pernah saya posting di blog saya :

"Green Productivity : sebuah oxymoron baru ?"

Green Productivity diperkenalkan pada tahun 1994, sebagai efek dari 1992 Earth Summit yang membahas masalah lingkungan. Secara sepintas, green productivity seakan merupakan salah satu dari sekian banyak oxymoron yang bergentayangan dalam dunia yang serba chaotic ini. Kesejahteraan yang semula dipandang linier sebagai akumulasi dari modal ekonomis yang dimiliki, perlu direvisi karena kesejahteraan merupakan sesuatu yang sangat universal dan meliputi berbagai aspek selain aspek ekonomis. Apakah green productivity sebuah oxymoron ?

Konsep mengenai produktivitas muncul bersamaan dengan revolusi industri di Amerika Serikat. Produktivitas menjadi semacam icon dalam industri. Frederick Winslow Taylor merupakan pioneer dalam produktivitas ketika ia menemukan scientific management atau manajemen sains. Ia membawa banyak perubahan dalam pola fikir para industrialis pada waktu itu, sehingga banyak sekali peneliti-peneliti yang memberikan kontribusi pada produktivitas kerja. Waktu terus berlalu, dan apa yang ditemukan oleh Taylor memberikan banyak perubahan pada dunia industri. Namun demikian, beberapa penentangnya, seperti Henry Minzberg mengutarakan :an obsession with efficiency allows measureable benefits to overshadow less quantifiable social benefits completely, and social values get left behind

Waktu telah berlalu dan dinamika industri dan perdagangan turut membentuk dunia yang kita kenal sekarang. Semakin menipisnya sumber daya alam dan munculnya berbagai dampak sosial maupun lingkungan akibat aktivitas ekonomi, membawa kita untuk kembali berfikir akan dimensi sosial dan lingkungan yang telah lama kita abaikan.

Mulai muncul kesadaran akan pentingnya untuk memasukkan dimensi sosial dan lingkungan dalam setiap aktivitas pertumbuhan nilai ekonomis. Pada tahun 1994 diperkenalkan konsep Green Productivity sebagai sebuah pendekatan terhadap Sustainable Development. Asian Productivity Organization mendefinisikan Green Productivity (GP) :

is a strategy for simultaneous enhancement of productivity and environment performance. It aims at an overall socio-economic development that leads to sustained improvement in the quality of human life.


Ternyata, apa yang telah dikembangkan oleh FW Taylor dan tantangan dari beberapa penentangnya telah terbukti. Obsesi mengenai efisiensi, efektivitas dan produktivitas telah membawa kehidupan manusia tercerabut dari habitat alamiahnya, yaitu makhluk sosial dan makhluk yang berada dalam sebuah ekosistem kehidupan. Munculnya berbagai ketimpangan ternyata merupakan kontradiksi dari sudut pandang manusia yang terlampau obsesif dan ekstrim dalam melihat kehidupan. Apabila dulu, produktivitas merupakan merupakan parameter yang penting dalam industri dan perdagangan, maka dewasa ini manusia perlu meredifinisi ulang parameter kesuksesan, yaitu memasukkan dimensi sosial dan lingkungan selain parameter produktivitas yang telah menjadi salah satu faktor penentu economic value-added.
Jadi, pendapat bahwa green productivity sebagai sebuah oxymoron tidak beralasan, karena produktivitas dalam economic value added harus disertai dengan performa lingkungan. Apalah artinya peningkatan produksi sebuah sistem industri apabila ia memiliki dampak negatid terhadap lingkungan dimana manusia hidup di dalamnya......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline