Penasaran akan wisata situs Petirtaan Ngawonggo yang tengah viral, saya dan komunitas Bolang sengaja mengunjunginya pada Sabtu lalu (13/02/2021). Alamatnya berada di Jl. Rabidin RT 03/RW 04 Dusun Nanasan, Desa Ngawonggo, Kecamatan Tajinan, Kabupaten Malang.
Kami tiba di lokasi sekitar pukul 10.00 Wib. Di halaman depan pintu gerbangnya yang berkonsep kerajaan kuno, tampak beberapa sepeda gunung diparkir. Eit... Bolanger peraih Best in Citizen Journalism Kompasiana 2018, Mbah Ukik, terlihat sudah tiba di sana. Ia hadir lengkap dengan seragam sepeda gunungnya.
Saya melihat para pengunjung berada di gubuk-gubuk mini. Gubuk-gubuk ini bertebaran di area tanaman bambu seluas sekitar 1,5 lapangan sepak bola. Di tempat inilah, kedai Tomboan Ngawonggo mengepulkan asapnya.
Dari tempat ini pula, terhubung jalan menuju situs Petirtaan Ngawonggo. Nah, berdasarkan observasi lapangan dan ngobrol santai dengan pengelolanya, sebut saja Mas Rahmad Yasin, setidaknya ada empat keunikan Wisata Ngawonggo versi saya berikut ini:
1. Keunikan Lokasi Kedai Tomboan Ngawonggo
Wisata kok di "kebon pring" (kebun bambu, pen). Kalau zaman dulu, tempat singup (berkesan angker) semacam ini mungkin dianggap sebagai tempat Genderuwo", begitu celetuk salah seorang teman kami saat melewati lokasi Tomboan Ngawonggo. Namun faktanya, kini malah jadi tempat wisata yang unik.
Setelah dikembangkan, Tomboan Ngawonggo dikunjungi banyak wisatawan. Mayoritas berasal dari warga domestik. Menurut pengakuan Mas Yasin, pernah ada satu wisatawan asal Italia yang datang ke sini.
Kesan saya sendiri setelah saya datang ke sana, tempat ini biasa saja. Tempat ini berbeda dengan wisata Boon Pring di Turen. Pun berbeda dengan hutan bambu Arashiyama di Kyoto.
Tempat ini menjadi istimewa karena ada kedai Tomboan Ngawonggo di tengah kebun bambu itu. Selain itu, tempat ini punya kekuatan sejarah, karena lokasinya terkoneksi dengan lokasi situs Petirtaan Ngawonggo. Konon, petirtaan ini merupakan tempat singgah Mpu Sindok pada abad ke-10 M.
Wisata Petirtaan Ngawonggo diinisiasi oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kaswangga, masyarakat lokal Ngawonggo. Ketuanya adalah Rahmad Yasin. Menurutnya, hingga saat ini situs Petirtaan Ngawonggo masih dalam proses untuk mendapat pengakuan sebagai situs cagar budaya.
Saat saya berkunjung ke lokasi, tampak kedai Tomboan Ngawonggo berdiri di tengah area kebun bambu. Kebun itu milik tiga orang warga setempat, demikian menurut sang pengelola.