Di tengah Pandemi Covid-19 yang penuh ketidakpastian, saya melihat ada secercah harapan di Kampung Nila Slilir (KNS). Komunitas ini beralamatkan di Jl. Pelabuhan Tanjung Priok No. 54, RT 05/RW 03, Kelurahan Bakalan Krajan, Kecamatan Sukun, Kota Malang.
Komunitas KNS yang tergabung dalam Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) ini merintis usaha nila menggunakan teknologi bioflok. Kolamnya berbentuk bundar. Posisinya berdiri vertikal di atas tanah. Diameternya sekitar 2-3 meter dengan tinggi dinding kolam tak lebih dari 1,5 meter.
Dengan memanfaatkan bakteri jenis tertentu, sekali isi air di kolam bioflok, maka airnya tak perlu dibuang hingga panen tiba. Ikan nila yang hidup di bioflok, rasanya gurih tak berbau tanah. Saya dkk pernah merasakan saat berkunjung ke KNS di salah satu base campnya yang berada di "tegalan" bambu itu.
Hingga kini, tak kurang dari 42 bioflok nila telah dikembangkan di internal KNS, termasuk 2 milik Komunitas Bolang. Sejauh ini, kinerjanya cukup menggembirakan. Berharap, Kampung Nila Slilir ke depan menjadi sentra penghasil nila terbaik dan berkelanjutan. Berikut ini gambaran ringkasnya.
Latar Belakang Pemberdayaan Komunitas
Merespon geliat para muda yang tergabung dalam Komunitas KNS, saya dan kawan-kawan penulis Blog Kompasiana Malang (Bolang), berniat melihat dari dekat kegiatan KNS. Kami beberapa kali berkunjung ke KNS di triwulan terakhir tahun 2020 lalu. Gambaran awal tentang KNS seperti tercermin dalam video berikut ini.
Alhasil, kami sepakat turut mensupport kegiatan KNS melalui kegiatan "Berbagi Investasi". Investasi dilakukan melalui dua pola. Pertama, Bolang berkolaborasi dengan para anggota sendiri yang berminat untuk gabung berbagi investasi nila. Kedua, Bolang mencari warga Slilir yang berminat, tempatnya mendukung, dan orangnya amanah. Maka ditemukanlah Pak Arif Wahyudi sebagai orang yang tepat.
Pola pertama dilaksanakan pada 22 November 2020 lalu. Melalui pola ini, para anggota Bolang turut berbagi investasi kecil-kecilan dengan cara tanggung renteng. Ada yang berkontribusi Rp 250k, ada pula yang Rp 500k. Plus dana dari kas komunitas Bolang, satu kolam bioflok membutuhkan dana sekitar Rp 4,6 jt.
Hingga kini, Bolang telah memiliki 2 kolam bioflok ikan nila. Kolam bioflok nila investasi pertama dilakukan bersama antara anggota dengan Bolang. Di kolam pertama ini telah ditebar ikan nila sebanyak 900 ekor. Jenisnya adalah ikan nila merah. Berikutnya, Bolang melakukan investasi kedua yang ditanda tangani pada tanggal 27 Desember 2020. Hal ini semacam akad mudharabah dengan Pak Arif Wahyudi tersebut.
Kolam bioflok nila bisa dipanen sekitar 4 bulan kemudian. Pada akhir Maret-April 2021, kolam pertama milik Bolang sudah bisa dipanen. Profit dari hasil panen ikan nila itu akan dibagi antara Bolang dengan pengelola, dan antara Bolang dengan Anggota investor sesuai kesepakatan. Sekedar sebagai gambaran, harga ikan nila di pasaran berkisar antara Rp 25.000-34.000/kg. Bila ada risiko kegagalan, para pihak tentu siap menanggungnya.