Pada Selasa pagi (28/8/2018), Indonesia "naik kelas" untuk sementara di Asian Games 2018. Pasalnya, Indonesia berada di peringkat ke-4 dengan raihan 22 emas, menggeser posisi yang sebelumnya diduduki Iran (17 emas). Emas-emas untuk Indonesia didominasi oleh para atlit dari cabor pencak silat. Apa keistimewaannya?
Istimewanya, Indonesia berhasil mencetak sejarah baru. Pasalnya, sejak pertama kali mengikuti Asian Games (1951), prestasi tertinggi Indonesia dicapai pada era Soekarno (1962). Kala itu, Indonesia untuk pertama kalinya menjadi tuan rumah Asian Games 1962 dan sukses mendulang 11 medali emas (Data baru revisi OCA, sebelumnya disebut 21 emas).
Setelah itu, prestasi Indonesia di Asian Games seolah "tenggelam". Padahal, Indonesia tak pernah absen selama mengikuti 17 kali event Asian Games yang berlangsung sejak tahun 1951 di New Delhi (India) hingga tahun 2014 di Incheon (Korea Selatan).
Dari National Branding Menuju Kaizen
Bersyukur, Indonesia ditunjuk kembali sebagai tuan rumah Asian Games 2018 yang penyelenggaraannya disupport APPSinarmas ini berhasil mencapai prestasi melampaui capaian Asian Games di era Soekarno.
Jika sebuah negara memiliki prestasi tinggi di bidang olah raga, maka prestasi itu menjadi cermin bagi kekuatan sebuah negara. Dunia akan melihat, ada apa di balik prestasinya di level internasional? Mengapa ada negara yang berprestasi, sementara sebagian besar negara yang lain tidak? Ada banyak kemungkinan jawaban.
Ambil contoh, Jepang. Di Asian Games 2018, Negeri Sakura itu bertengger di peringkat kedua. Seorang atlitnya yang bernama Rikako Ikee (18), mampu menyapu bersih enam medali emas di cabor renang, bahkan menciptakan rekor baru atas nama dirinya.
Dunia akan melihat, betapa mutu telah menjadi budaya warga Jepang. Dalam kehidupan sehari-hari, warga Jepang dikenal memiliki spirit kuat ala Bushido, Samurai, Kaizen, dan lain sebagainya.
Dengan Kaizen misalnya, warga Jepang akan terdorong untuk selalu melakukan hal terbaik. Bila menemui kesalahan, maka kesalahan itu akan segera diikuti dengan tindakan perbaikan berkelanjutan hingga mencapai puncak keberhasilan.
Emas Untuk Indonesia Bertumpu pada Kekuatan Lokal
Sementara Indonesia, memanen medali emas dari cabor pencak silat. Sebelas atlit pencak silat berikut ini, mampu menyumbang delapan emas (27/8/2018).
- Yola Primadona Jampil dan Hendy (Ganda Putra),
- Nunu Nugraha, Asep Yuldan Sani dan Anggi Faisal Mubarok (Regu Putra),
- Iqbal Candra Pratama (Kelas D Putra: 60-65 Kg,
- Komang Harik Adi Putra (Kelas E Putra: 65-70 Kg),
- Aji Bangkit Pamungkas (Kelas I Putra: 85-90 Kg),
- Puspa Arumsari (Tunggal Putri),
- Sarah Tria Monita (Kelas C Putri: 55-60 Kg).
- Abdul Malik (Kelas B Putra: 50-55 Kg).