Lihat ke Halaman Asli

Mas Yunus

TERVERIFIKASI

Beyond Blogger. Penulis ihwal pengembangan ekonomi masyarakat, wisata, edukasi, dan bisnis.

Mengenal Filosofi Jawa di Warung OmBoy, Kuliner Spesialis Geprek

Diperbarui: 3 Mei 2018   02:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nasi Geprek sajian Warung OmBoy|Dok. Pribadi

WARUNG makan ini relatif sempit. Dapur masaknya berada di bagian depan. Jarak antara dapur dengan meja pelanggan nyaris menyatu. Bau sedap masakan mudah tercium oleh pengunjung.

Sungguhpun demikian, dapur, meja, kursi, dan wastafel ditata begitu rupa. Pelanggan masih bisa leluasa bergerak di warung lalapan spesialis geprek ini. Namanya "Warung OmBoy". Lokasinya di Jl. Ciujung No. 23 (Utara Rumah Sakit Ibu dan Anak "Mutiara Bunda") Malang.

Warung ini menyediakan ruang lesehan mini. Dindingnya dihiasi motif bunga berwarna oranye. Meski tak didesain oleh ahli interior, penampakannya cukup sedap dipandang mata.

Ruang mini untuk lesehan di Warung OmBoy|Dok. Pribadi

Peluang mencoba usaha kuliner di Malang sangat terbuka, sekaligus penuh risiko. Alih-alih mendapat untung, sepi peminat justru yang akan didapat. Namun keterbatasan ruang dan lokasi yang "nylempit" (tersembunyi), bukanlah masalah utama bagi pengelola.

Bukan pula ketatnya persaingan usaha kuliner yang dipersoalkan. Si pengelola tahu harus bagaimana menyiasatinya. Rupanya, dia menerapkan filosofi ala Jawa berikut ini.

"Di Malang, kalau rasanya enak, meskipun tempatnya 'nylempit', akan dicari orang", begitu ujar Pak Iwan, pengelola Warung OmBoy yang hijrah ke Malang untuk membuka usaha geprek.

Pak Iwan, pengelola Warung OmBoy, spesia geprek|Dok. Pribadi

Di zaman now, filosofi itu bukanlah hal baru. Masyarakat Jawa sudah lama mengenalnya di dunia kuliner. Prioritasnya adalah pada rasa, bukan pada tempatnya. Hal ini kontras dengan dunia property yang lebih mengutamakan lokasi, lokasi, dan lokasi.

Hal utama adalah mengenalkan rasa enak, baru disusul faktor lain, seperti lokasi, harga, promosi, dan layanan. Si pemilik percaya, "di manapun tempatnya, kalau cita rasanya enak, pelanggan akan mencarinya".

Menerapkan Filosofi Jawa

Budaya Jawa kaya akan kearifan lokal, seperti "ora bathi sathak ora opo-opo, sing penting bathi sanak" (Tidak mendapatkan untung berupa uang tidaklah mengapa, asalkan mendapatkan untung berupa persaudaraan").

Filosofi itu menekankan pentingnya budaya harmoni sosial. Ada pula filosofi "mangan ora mangan sing penting ngumpul" (makan tidak makan, yang penting bisa berkumpul).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline