Sambil menunggu buka puasa yang dikenal dengan “ngabuburit” (Sunda), menikmati pesona pantai Bajulmati sangat mengasyikkan. Pengunjung bisa beristirahat di bawah pohon rindang sambil menikmati semilir angin sepoi-sepoi basah dan deburan ombak garang khas Segoro Kidul. Kawasan itu kian mudah diakses, terutama sejak Jalur Lintas Selatan (JLS) selesai dibangun baru-baru ini (2016). Ciamik! Jalannya sudah mulus dan cukup lebar. Lokasinya sekitar 60-an km dari pusat Kota Malang ke arah selatan. Selain untuk ngabuburit, destinasi wisata baru ini cocok untuk disinggahi kala lebaran 2016 nanti.
Saya merasakan hal berbeda, karena ini bukan sekedar tentang kisah ngabuburit biasa. Pasalnya, kami sengaja bersilaturrakhim ke seorang tokoh masyarakat Bajulmati, penggagas pemberdayaan komunitas setempat. Nama lengkapnya Sohibul Izar, kami memanggilnya Cak Izar atau masyarakat setempat menyebutnya Mbah Izar. Ia tinggal di sebuah rumah sederhana. Rumah ini difungsikan pula sebagai Taman Bacaan Masyarakat yang bisa diakses secara gratis. Lokasinya berada di desa Gajahrejo, kecamatan Gedangan Kabupaten Malang.
Pesona Pantai Bajulmati
Pada hari Minggu lalu (12/6), kami bersama satu rombongan kecil sengaja melihat dari dekat potensi daerah Bajulmati. Melihat potensinya, kawasan di sepanjang pantai Selatan itu produknya tak akan pernah mati. Entah berapa hektar tambak udang Vaname bertebaran di Bajulmati, memanfaatkan potensi kawasan sejauh 5 km dari garis pantai di sepanjang pesisir laut Selatan.
Rombongan melewati sepanjang jalan JLS yang baru selesai dibangun. Kondisi jalannya cukup lebar dan mulus. Dari balik jendela kendaraan, kami betah memandangi pesona hamparan tanaman menghijau dan view pegunungan. Tak terasa, sekitar 2 jam berkendara dari kota Malang sudah sampai di tepi Pantai Bajulmati nan eksotis.
Tiba di lokasi sekitar pukul 11.30 Wib. Suasana cerah. Mentari tengah memancarkan panas teriknya kala itu. Untuk menghindari sengatannya, kami “leyeh-leyeh” di bawah pohon rindang sambil mengamati ombak bekejar-kejaran hingga menyentuh bibir pantai. Mengasyikkan. Anak-anak terlihat begitu menikmati saat bermain pasir. Berada di sana, rasanya silir-silirmak sleppttt. Damai, suer! Begitulah kala kami menikmati suasana kawasan pantai Bajulmati sambil ngabuburit.
Sambil ngabuburit, kami bersama rombongan ditemani Cak Izar menyusuri sungai, mendayung sampan dan mengabadikan eksotika kawasan Bajulmati. Kegiatan menyusuri sungai inilah yang disebut “Susur Lepen”, mirip aktivitas olah raga air bernama arung jeram. Perjalanan Susur Lepen semakin lengkap, setelah kami diajari bagaimana ikut melestraikan alam dengan menanam bibit pohon bakau (mangrove) di tepi sungai Bajulmati.
Naik sampan kayu dan mendayung sediri awalnya berasa dag-dig-dug. Setiap satu sampan berisi empat orang. Ada empat sampan yang digunakan rombongan kami kala itu. Kami satu sampan awalnya kesulitan mengendalikan sampan. Eit… beberapa kali sampan yang kami tumpangi berbelok arah ketika itu. Kami harus belajar bekerja sama agar sampan tidak memutar arah atau terguling. Lambat laun, kami mulai terbiasa hingga berhasil melintasi sungai bawah jembatan Bajulmati sepanjang 90 m dan berakhir di muara sungai Pantai Ungapan.
Anak kami yang awalnya takut, berasa ketagihan bermain air di muara sungai itu sambil menggunakan pelampung. Sore itu, para nelayan dan para pemancing ikan tampak asyik dengan aktivitasnya sendiri-sendiri. Ada yang sedang menyiapkan jaring ikan, memancing di tepi sungai Bajulmati, bahkan ada yang memancing di tepi laut Pantai Ungapan.
Cak izar Pejuang Literasi
Kami sungguh salut atas perjuangan Cak Izar memberdayakan masyarakat pesisir pantai bajulmati. Dialah penggerak masyarakat dengan menyediakan pendidikan gratis bagi anak-anak pesisir pantai bernama Sekolah Harapan. Cak Izar dikenal sebagai pejuang sejati pendidikan. Pasalnya, bertahun-tahun dia bersama komunitasnya memberikan pendidikan gratis untuk anak-anak pesisir pantai. Ada layanan PAUD, TK, SD, TPQ, Taman Bacaan Masyarakat dan lain sebagainya yang bernaung di bawah payung komunitas Harapan Bajulmati.