[captioncaption="Suasna Para Musafir yang Singgah di Masjid Al Mukhlasin, Sukorejo, Pasuruan/Dok. Pribadi"][/caption]Ibadah tak berarti hanya terkait urusan ritual, aktivitas sociopreneur pun bernilai ibadah. Lewat smartphone, sekelompok Remaja masjid (Remas) ini meluncurkan Gerakan dan Aplikasi “Ayo ke Masjid”. Tak hanya itu, Remas ini juga membuat program 1.000 Pemuda Penggerak Desa dalam rangka menciptakan sociopreneur berbasis masjid di 31 provinsi. Mereka adalah para Remas yang tergabung dalam Jaringan Pemuda dan Remaja Masjid Indonesia (JPRMI).
Seperti diberitakan di Kompas.com, pada Minggu (28/2/2016), JPRMI meluncurkan Gerakan dan aplikasi "Ayo ke Masjid” yang dipusatkan di Bandung, Jawa Barat. Gerakan awal ditandai dengan melaksanakan shalat shubuh berjamaah di seluruh Indonesia. Lewat aplikasi smartphone, memudahkan masyarakat untuk menemukan lokasi masjid. JPRMI berharap, persoalan remaja seperti narkoba dan terorisme, bisa terselesaikan. Sementara melalui program sociopreneur, diharapkan mampu menggali potensi desa untuk kemajuan daerahnya.
Hemat saya, program itu cukup inspiratif. Sayang, saya belum melihat secara utuh, seperti apa bentuk konkritnya. Untuk itu, saya mencoba sharing pengalaman singgah di sebuah masjid ketika dalam perjalanan dari Mojokerto menuju Malang. Masjid itu selain mampu menghidupkan aktivitas shalat berjamaah dan mengaji, juga menghidupkan lingkungan bisnis, seperti sarana parkir yang lengkap, poliklinik, warung kuliner, dan tempat penginapan. Masjid itu tak lain adalah Masjid Besar Al-Mukhlasin, yang terdapat di daerah Sukorejo, Pasuruan, Jawa Timur.
Aktivitas Ibadah dan Sociopreneur di Masjid Al-Mukhlasin
Ketika itu, sekitar Januari 2016 lalu, saya dan keluarga dalam sebuah perjalanan pulang dari Pacet, Mojokerto, menuju kota Malang. Suasana saat itu, sedang hujan gerimis hampir di sepanjang perjalanan. Terpikir di mana bisa singgah di masjid yang nyaman untuk menunaikan shalat maghrib. Maka setiap ada rambu-rambu lalu lintas bertanda kubah, saya pelankan laju kendaraan, untuk melihat apakah ada masjid yang tepat untuk kami singgahi.
Di Pulau Jawa, mencari lokasi masjid memang tak sulit. Tapi, singgah di masjid yang mampu menyediakan kebutuhan para musafir, bukan berarti selalu mudah. Setiap kali saya mau menepi, masjid itu tampaknya kurang nyaman untuk parkir. Kami berusaha mencari masjid yang menyediakan lokasi parkir luas, kamar kecilnya bersih, airnya lancar, sekaligus bisa istirahat sejenak sekedar melepas penat sambil mencicipi makanan. Apalagi kami bepergian bersama keluarga dan anak-anak, terpikir sesampai di rumah nanti kami tak harus menyiapkan makanan lagi.
Hal itu mengingatkan pengalaman saat kami shalat di mushalla yang memperoleh piagam penghargaan dari ICMI Orwil Jatim. Pada saat berlangsung Pameran Produksi Indonesia (PPI) diConvention & Exhibition Hall, Grand City Surabaya pada 6-9 Agustus 2015 lalu, saya perhatikan piagam itu berisi anugerah Grand City Mall-Surabaya sebagai mall/plasa dengan fasilitas mushalla yang reprensentatif. Kondisi fisiknya memang sangat bersih dan rapi, mulai dari rak tempat menyimpan barang, tempat wudlu, dan tempat shalat. Mushalla itu mengidentifikasi diri sebagai mushalla executive, seperti tampak pada foto-foto berikut ini.
[caption caption="Executive Mushola di Grand City Mall, Surabaya/Dok. Pribadi"]
[/caption]
[caption caption="Piagam Penghargaan Terpajang di Executive Mall, Grand City/Dok. Pribadi"]
[/caption]
[caption caption="Tempat Wudlu' di Executive Mushola di Grand City Mall, Surabaya/Dok. Pribadi"]
[/caption]
[caption caption="Suasana di dalam ruang Executive Musholla, Grand City Mall, Surabaya/Dok. Pribadi"]
[/caption]
Kembali ke kisah perjalanan kami. Alhamdulillah, setelah beberapa kali melihat rambu-rambu lalu lintas bertanda masjid, ada sebuah masjid yang tampaknya memenuhi harapan. Terpampang tulisan besar, sebuah tempat ibadah bernama “Masjid Besar Al-Mukhlasin. Lokasinya di daerah Sukorejo, Pasuruan, Jawa Timur. Kami berhenti di tempat ini, tepat sesaat shalat maghrib tiba.