[caption caption="View Alam dan Kolam Renang, tepat di depan Kamar Nomor 123, tempat kami menginap di Alaya Resort Ubud/Dok. Pribadi"][/caption]
Apa yang tergambar ketika Anda mengunjungi Bali? Bali identik dengan Pura. Karena itu Bali sering disebut-sebut sebagai kota seribu Pura. Ungkapan “seribu” menggambarkan sedemikian banyak Pura bertebaran di Bali. Orang-orang Bali juga pandai memasak, menari, melukis, membatik, dan membuat seni kerajinan tangan. Pendek kata, Bali memiliki modal budaya bernilai ekonomi wisata tinggi. Selain karena pantainya yang indah, Bali identik dengan kawasan wisata budaya dan seni. Bahkan, seringkali orang luar negeri lebih mengenal Bali dari pada Indonesia itu sendiri.
[caption caption="Ritual di Thirta Empul, Ubud. Ramai dikunjungi masyarakat dan wisatawan/Dok. Pribadi"]
[/caption]Unik ya? itulah Bali yang tak ada habis-habisnya dieksplorasi. Bali, merupakan bagian dari Pesona Indonesia, andalan Kementerian Pariwisata. Apa buktinya? Simak saja, bagaimana perkembangan kunjungan wisata ke Bali, dan bandingkan dengan daerah wisata lainnya. Menurut statistik BPS, jumlah kunjungan wisman melalui Bandara I Gusti Ngurah Rai, Denpasar Bali pada Desember 2014 naik 16,44 persen dibandingkan Desember 2013, yaitu dari 293,0 ribu kunjungan menjadi 341,1 ribu kunjungan. Begitu pula jika dibanding November 2014, jumlah kunjungan wisman melalui Bandara Bali, naik sebesar 16,08 persen (sumber).
Jumlah dan mutu kunjungan wisata penting ditingkatkan. Keberhasilan pariwisata kita, berperan sebagai salah satu benteng dan daya saing ekonomi bangsa. Karena itu perlu diiringi dengan kebijakan yang mendorong perubahan mindset bidang pariwisata; bahwa mengunjungi destinasi wisata milik sendiri, lebih menarik dan memiliki nilai guna lebih bila dibandingkan dengan berkunjung ke luar negeri.
Sebagai renungan, pelukis Barat asal Jerman dan Belanda, masing-masing bernama Walter Spies dan Rudolf Bonnet betah tinggal di Ubud, Bali. Mereka dibantu oleh Cokorda Gede Agung Sukawati dari Puri Agung Ubud, berdirilah Museum Puri Lukisan, Ubud, demikian menurut versi sumber Wikipedia.
Satu referensi lagi, Sang maestro pelukis keturunan Spanyol & Amerika bernama Mario Antonio Blanco, terpesona dengan perempuan Bali, Ni Ronji. Ia rela menetap di Bali dan begitu piawai ketika melukis pesona bentuk tubuh perempuan yang menjadi fokus objek lukisannya. Ni Ronji, merupakan salah satu objek lukisannya. Kecantikan Ni Ronji, Blanco ekspresikan lewat lukisan. Ni Ronji, tak tak lain adalah isterinya sendiri yang dicintainya.
[caption caption="Salah satu objek lukisan perempuan cantik, terpajang di ruang utama pintu lobi Royal Pita, A Tjampuhan Relaxation Resort, Ubud, Bali/Dok. Pribadi"]
[/caption]
Bagiku, mengunjungi destinasi wisata Indonesia, merupakan bagian dari perwujudan syukur kepada Tuhan, rasa cinta tanah air, dan revolusi mental. Ada pepatah mengatakan: “rumput tetangga tampak lebih hijau dari pada rumput sendiri”. Padahal, tidak sedikit turis asing yang justru mengakui pesona Indonesia begitu menakjubkan. Walter Spies, Rudolf Bonnet, dan Antonio Blanco hanyalah beberapa contohnya.
Dua Hari Menikmati Pesona Wisata Ubud
Kali ini saya hendak menggambarkan keunikan wisata non pantai, sebuah self story hasil kunjungan ke kawasan Ubud yang dikenal sebagai desa wisata internasional sejak 1930-an. Saya bersepuluh mengunjungi kawasan itu pada 8-10 November 2015. Ada Mas Arif dan Mas Dhany, masing-masing sebagai pemenang blog rivew Pesona Pulau Bidadari dan Pesona Budaya Bali, dan saya sendiri mewakili Pesona Pulau Bintan.
[caption caption="Makan bubur Bali di pinggir jalan, depan Alaya Resort Ubud, setelah jalan pagi menuju Pasar tradisional Ubud. Tampak dari kiri ke kanan, masing-masing Bang Yosh, Mbak Widha, Mas Dhany, Mas Arif, saya dan si Duta Wisata, Mbak Prima/Dok. Pribadi"]
[/caption]