Lihat ke Halaman Asli

eMWe

manusia, masalah manusia

Puisi | Paruh Baya

Diperbarui: 22 Februari 2020   21:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

si mbah| Garwanagari

derita menjelang malam dengan sajak-sajak  kerinduan, rindu menggemma dibawah untaian kata. kaya rasa sepenuh jiwa. 

langit membawa pesan. dengan bibir hitam kelabu. bahwa rintihan air akan jatuh di pelupuk mata. mengalir deras mengguyur sekujur tubuh manusia. dan hilang seketika.

seorang nenek paruh baya.bagai tempurung kelapa. bergumam lirih sambil meremas tongkat didepan dada. berjalan menelusuri jejak kaki lalu lalang.

waktupun berubah. langit mulai gelap tidak ada pancaran sang surya. hujan dan angin menghayutkan pandanganku pada nenek paruh baya.

kuteringat, matanya yang sembab dan bercahaya. bibirnya berbicara dengan tabir kebisuan. 

pada saat yang sama aku merenungi , manusia hidup dalam ambang ambang kematian. berbicara bagai petir tetapi hidup bagai pohon tak berakar. bagai air berhenti dipenghujung rawa-rawa kebajikan. 

Sabtu 22.02.2020

Bojonegoro

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline