Lihat ke Halaman Asli

Ilmu Dakwah

Diperbarui: 22 April 2024   20:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Ilmu dakwah
Penulis : syamsul Yakin Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, M. Rifqi Habibi

Dakwah dapat dianggap sebagai sebuah ilmu apabila bersifat empiris. Dihasilkan melalui proses penelitian ( baik penelitian perpustakaan maupun lapangan). Selain itu, ilmu dakwah juga harus sistematis atau di atur secara terencana dengan suatu metode berpikir ilmiah yang objektif sehingga mudah dipelajari bagi siapa saja. 

Pokok dan bagian ilmu dakwah harus bisa diuraikan secara tepat sehingga dapat terlihat hubungan antara pokok dan bagian ilmu dakwah agar diperoleh pengertian yang komprehensif. Inilah yang dikatakan bahwa ilmu dakwah itu harus bersifat analitis. Ilmu dakwah juga harus bersifat objektif. 

Artinya tidak bias dan harus terbebas dari purbasangka. Dakwah dikatakan sebagai ilmu apabila didasarkan atas fakta, bukan fiksi atau emosi. Ilmu dakwah harus juga bersifat verifikatif atau dapat dibuktikan. Artinya, konsep dan teori yang dibangun didukung oleh fakta. Dengan kata lain ilmu dakwah dapat diuji kebenarannya berdasarkan fakta dan data yang ada. 

Selanjutnya ilmu dakwah harus memenuhi kaidah ilmu pengetahuan. Artinya, ilmu dakwah disusun secara sistematis, objektif, rasional dan empiris sebagai sebuah disiplin ilmu. Inilah delapan ciri ilmu dakwah, yakni empiris, sistematis, analitis, obkektif, verifikatif, kritis, ilmiah, dan logis.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline