Lihat ke Halaman Asli

Syahadat

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Setiap manusia yang mengaku Muslim, adalah orang yang selalu tunduk dan pasrah kepada Tuhan Yang Maha Segalanya. Hal ini sesuai dengan kehendak syahadat yang senantiasa kita ikrarkan. Ikrar yang kita ucapkan dalam syahadat mengandung beberapa hal, yaitu:

1.Pengakuan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan;

2.Muhammad adalah Rasul Allah

Dari pernyataan syahadat tersebut dapat kita analisa beberapa hal sebagai berikut:
“Bahwa untuk bertuhan yang sejati kita harus membunuh tuhan-tuhan selain Allah”

Pada zaman awal Islam tuhan-tuhan palsu berbentuk patung-patung yang disembah yang padanya ditempelkan mitos-mitos kehebatan pada patung tersebut. Pada zaman sekarang tuhan-tuhan palsu tidak lagi hanya berbentuk patung-patung tapi juga berupa paham (isme) yang diyakini dapat membawa kebahagiaan yang hakiki pada diri manusia.

Paham-paham tersebut menjadi Tuhan, apabila paham tersebut di posisikan sebagai sesuatu yang menggantikan kekuasaan Tuhan yang sejati. Untuk mengetahui paham apa saja yang telah menjadi tuhan-tuhan palsu,kita dapat memulainya dengan mendalami tentang Tuhan sejati yaitu Allah SWT.

Pendalaman tentang Allah SWT dapat dimulai dari mengenali sifat-sifatnya. Apabila sifat Allah tersebut telah kita pahami maka kita bandingkan dengan dengan sifat paham-paham yang berkembang sekarang. Perbandingan tentang sifat Allah dan sifat paham-paham tersebut inilah yang kemudian dapat menentukan kepribadian muslim yaitu: kalau si muslim tersebut lebih meyakini sifat Allah SWT dengan mengambilnya sebagai pilihan hidup maka jadilah ia sebagai muslim yang sejati, begitu juga sebaliknya.

Dengan cara ini dapat diukur kualitas kemusliman seseorang. Umpamanya kalau diyakini bahwa Allah memiliki sifat sebagai Yang Maha pemberi rezeki, maka tidak akan terjadi ada orang dalam memperoleh rezeki dilakukan dengan cara-cara yang dilarang olehNya, seperti, dengan cara mencuri, korupsi, berbohong, sogok menyogok dan sebagainya.

Kalau cara tersebut masih dilakukan maka dapat dikatakan keyakinan terhadap Allah SWT sebagai Maha pemberi rezeki belum dimiliki dengan sempurna, atau dengan kata lain ada keraguan terhadap sifat Allah tersebut, dan lebih meyakini paham yang mengajarkan bahwa untuk memperoleh rezeki boleh dilakukan dengan cara-cara yang tidak halal.

Kejadian seperti ini artinya menciptakan tuhan-tuhan baru selain Allah. Padahal, sesuai dengan keinginan dan konsekuensi dari syahadat bahwa paham seperti ini harus dibunuh karena telah menjadi Tuhan baru. Selanjutnya, setelah sifat Allah SWT kita ketahui dan yakini, maka langkah selanjutnya adalah pendalaman tentang diri Rasul Allah yaitu Muhammad SAW.

Muhammad SAW harus dijadikan suri tauladan bagi setiap muslim. Menjadikan Muhammad SAW sebagai suri tauladan dapat kita lakukan apabila kita mendalami shirah Muhammad, melalui hadits-haditsnya maupun sejarah kehidupannya.
Bagaimana mungkin kita dapat menjadikan Muhammad sebagai tauladan tanpa mengetahui siapa Muhammad SAW tersebut?.


Cukup tragis terjadi pada umat Islam, apabila lebih mengetahui sejarah hidup selebritis dibanding Rasulnya, karena memang mereka lebih senang mengenal selebritis tersebut dibanding Muhammad SAW. Bahkan mereka yang dengan sepenuh hati berupaya mencontoh kehidupan Rasul dicemooh dengan berbagai cemoohan.
Pengingkaran terhadap kekuasaan Allah SWT dan tidak mengenal sosok Muhammad SAW menjadikan umat Islam semakin terpuruk dalam kancah peradaban dunia.

Kondisi yang seperti inilah menjadi problem utama umat Islam sekarang ini, sehingga Islam hanya menjadi agama yang sempurna di ajarannya tapi tidak pada umatnya. Keyakinan bahwa Islam adalah agama yang paling sempurna hanya pada kitab suci Al-Qur’an , tidak ditemui pada umatnya.

Maka sangat berbahaya kalau syahadat hanya dapat diucapan tapi tidak diketahui konsekuensi dari syahadat tersebut. Karena itu, memang tepat, dalam rukun Islam syahadat diposisikan pada nomor urut pertama, karena ia adalah pondasi bagi umat Islam. Tidak mungkin bangunan menjadi kuat tanpa pondasi yang kuat; tidak mungkin umat Islam dapat kuat kalau pondasinya (yaitu syahadat) tidak dihayati oleh umat Islam.

Kalau kita menginginkan Islam akan kembali menjadi peradaban besar, seperti yang pernah terjadi di Madinah pada masa Rasulullah dulu, sempurnakanlah syahadat. Jadikan syahadat sebagai tolok ukur pada setiap aktivitas kehidupan.

Mengingat begitu strategisnya fungsi syahadat dan begitu bahayanya apabila syahadat kita sepelekan, maka tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mulai memperbaharui syahadat, mendalami maknanya, dan mempelajari konsekuensi-konsekuensi syahadat, kecuali kalau kita memang tidak menginginkan Islam berjaya dan tidak menginginkan selamat dunia dan akhirat!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline