1. "Perenungan Ilahi: Misteri Keheningan Semesta"
Di antara cakrawala langit berarak,
Menguak hikayat sang Khalik yang hak,
Perenungan jiwa, terpaut angkasa,
Merenungkan Rabb yang tak terkira.
Larik bintang, melukiskan kanvas alam,
Menyibak rahasia dzat-Nya yang tak terjam,
Mengurai tabir, semesta tersirat,
Dalam dekapan kasih Ilahi yang amat.
Filosofi hidup, terurai benang kusut,
Mencari makna, di balik kain sang sut,
Suluh hati, mengejar keabadian,
Tersurat dalam kebeningan ketuhanan.
Transenden insan, melampaui nalar manusiawi,
Mengungkap hakekat Tuhan, dalam sunyi,
Keheningan semesta, berbisik lembut,
Nada yang langka, memuja ketuhanan yang mukt.
Puisi ini, sajak rindu yang terpendam,
Terhadap Sang Pencipta yang tak terjamam,
Dalam bahasa langka, mencipta lukisan jiwa,
Membawa kita pada cinta ketuhanan yang nirwa.
Maka, renungkanlah wahai jiwa yang merana,
Ketuhanan yang maha, tak terbatas hingga ana,
Biarlah langit menjadi saksi kekal,
Bahwa cinta-Nya takkan lekang oleh zaman.
2. "Kehilangan Kapitan: Air Mata di Peziarah Hati"
Tatkala embun pagi menyapa alam,
Sunyi menggema di hati yang kelam,
Telah tiada sosok yang mengasuh hati,
Ayah tercinta, bintang kehidupan abadi.
Langit mewariskan hujan sang rahmat,
Namun tak dapat menghentikan air mata yang jatuh di peziarah hati,
Terhumban dalam kehilangan yang terbata,
Ayah, penuntun dalam labirin kehidupan yang serba kelabu.