Apa yang terlintas di dalam benak kita semua ketika mendengar kata sastra? Sebuah karya? Seni? Tulisan-tulisan yang membosankan dan menjenuhkan?
Jika hal-hal demikian yang terlintas di dalam benak ketika memikirkan sastra agaknya kita perlu melihat sastra dalam cakrawala pemikiran yang lebih luas lagi.
Mula-mula mari kita mengenal sastra dari segi etimologi atau asal usul bahasanya dahulu sebagai langkah awal pengenalan terhadap sesuatu yang disebut dengan sastra tersebut.
Secara etimologi kata sastra berasal dari dua kata dalam bahasa Sanskerta, yakni kata Sas dan Tra. Kata Sas dalam bahasa Sanskerta tersebut memiliki arti sebagai petunjuk, arahan, instruksi, dll.
Sedangkan kata Tra merujuk kepada pengartian sebagai alat atau sarana. Jadi dari artian secara etimologis tersebut dapat kita pahami bahwa sastra adalah buku petunjuk, alat untuk mengajar, serta sesuatu yang dapat memberikan pengajaran.
Ada pula pendapat lain yang mengatakan bahwa sastra merupakan segala sesuatu yang memberikan petunjuk secara lisan maupun tulisan yang berisikan nilai-nilai pembelajaran baik dan kemudian akan disampaikan dengan cara-cara yang indah.
Jadi, dari pendapat dan tafsiran tersebut dapat kita tarik sebuah benang merah bahwasannya sastra bukanlah sekedar seni membual menggunakan kata atau bahasa.
Namun, lebih dari itu sastra mestilah membawa pesan yang dapat memberikan pembelajaran kepada khalayak atau pembacanya lewat karya yang dibuat.
Tidak hanya sampai di situ, pesan tersebut pun mestilah dibalut dengan nilai estetika yang akan membebaskan imajinasi untuk terbang melintasi ruang dan waktu.
Dalam hal ini sastra merupakan sebuah keajaiban sekaligus sebuah seni yang telah menembus kehampaan ruang dan waktu berabad-abad lalu, membius hati dan jiwa, serta menerangi pikiran manusia.