“Ketuhanan Yang Maha Esa” adalah bunyi sila pertama yang tercantum didalam Pancasila, tertulisnya sila pertama menggambarkan dengan sangat jelas bahwa Tuhan-lah kiblat yang menjadi acuan berbangsa dan bernegara. Kepercayaan kepada Tuhan dapat dioptimalkan dengan praktik yang baik dalam kehidupan bermasyarakat.
Sistem pemerintahan di Indonesia menganut paham presidensial yaitu sistem negara yang dipimpin oleh seorang presiden dan wakil presiden yang merupakan kepala negara dan kepala pemerintahan. Dalam menjalankan setiap pekerjaannya, presiden dibantu oleh para menteri atau yang sering disebut dengan kabinet.
Selain itu, presiden diawasi oleh dua parlemen yaitu Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dimana kedua parlemen tersebut dipilih rakyat untuk mewakilkan suara rakyat.
Seorang pemimpin yang menjabat sebagai petinggi negara dipilih oleh rakyat karena rakyatlah pemegang suara tertinggi, begitu pula Negara Indonesia yang disebut sebagai negara demokrasi. Keinginan mendapatkan pemimpin yang mampu memimpin demi kemajuan Indonesia, diperlukan kesadaran untuk membenahi terlebih dahulu rakyat di dalamnya.
KH. Hasan Abdullah Sahal pernah berkata yang intinya “Untuk terhindar dari pemimpin dzolim, hendaknya masyarakat menjauhi kedzoliman”. Begitulah pesan beliau yang menginspirasi masyarakat Indonesia agar terbangun dari tidur panjang dan bergegas menuju kemenangan.
Dapat diartikan bahwa pemimpin yang terpilih di Indonesia merupakan cerminan dari masyarakat yang ada di dalamnya. Kesadaran akan rasa kepemilikan terhadap negara dibutuhkan agar rakyat tidak semena-mena dalam menentukan pemimpin negara.
Memilih pemimpin yang senantiasa menyambungkan keinginan rakyat untuk mencapai negara yang makmur dan sejahtera perlu adanya paham masyarakat tentang arti kepemimpinan. Sebagai negara demokrasi, masyarakat yang memiliki suara terkuat dalam menentukan seorang pemimpin negara.
Sejatinya masyarakat adalah pemimpin untuk dirinya sendiri karena kepemimpinan ialah karakter dan kepribadian masing-masing. Dengan kata lain, setiap manusia adalah pemimpin untuk dirinya sendiri dalam menentukan jalan ke arah dan tujuan yang diinginkan.
Sama halnya dengan pemimpin yang ada di negara, akan tetapi lingkupnya lebih luas dan tujuan yang harus dicapai bukanlah tujuan pribadi melainkan tujuan bersama untuk kebaikan bersama. Pemilihan pemimpin yang diharapkan bukan karena harta semata, tetapi rakyat harus melihat pemimpin dari jiwa kepemimpinan dan tanggung jawabnya terhadap negara.
Pemimpin adalah sebutan bagi mereka yang rela berkorban untuk rakyatnya dari segi tenaga dan pikiran, kalaupun sampai dibutuhkan sejumlah materi akan dikorbankan untuk rakyat dan bangsanya. Karena menjadi seorang pemimpin bukan suatu jabatan atau jalan untuk mencari kekayaan, melainkan sebuah amanah yang kelak harus dipertanggung jawabkan di hadapan Tuhan Yang Maha Esa. Menjadi pemimpin harus siap berkorban tetapi jangan jadi korban.
Sila pertama dapat menjadi acuan dalam memilih seorang pemimpin, yaitu pemimpin yang taat akan Tuhan. Mengapa harus taat kepada Tuhan?