Lihat ke Halaman Asli

Choirul Rosi

Penulis cerpen yang hobi membaca buku dan novel

Teana - Ebra (Part 38)

Diperbarui: 13 Juni 2019   10:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber : dokpri

Musibah gempa bumi di Kota Hegra yang terjadi beberapa Minggu lalu akhirnya terdengar oleh Teana. Kejadiannya sangat aneh. Hamra masih ingat betul awan mendung yang mencekam disertai gemuruh dan kilat menyambar di langit. Padahal sebelumnya keadaan langit tidak menampakkan tanda -- tanda apapun.

       Bersamaan dengan itu, muncullah badai gurun dan gempa yang cukup hebat. Guncangannya tidak terlalu kuat namun mampu meruntuhkan bukit -- bukit batu cadas di seluruh Kota Hegra. Itulah sebabnya mengapa kini para penduduk tinggal didalam tenda.

       Cerita yang disampaikan oleh Hamra dengan cepat dipahami oleh Teana, ia menghitung mundur kejadian yang menimpa Kota Hegra. Hingga akhirnya ia menarik kesimpulan bahwa musibah yang menimpa Kota Hegra terjadi tepat ketika ia mencuri Patung Dewa Dhushara dari tangan Yodh. Ia menyimpulkan bahwa dua kejadian tersebut berkaitan erat. Sehingga ia merasa harus melakukan sesuatu sekarang juga demi keselamatan Bangsanya. Bangsa Nabataea.

"Galata, bisakah kau siapkan beberapa prajurit untuk ikut denganku ke Kuil Qasr Al Binth?

"Apa yang hendak kau lakukan disana?"

"Aku mau menyimpan Patung Dewa Dhushara disana."

"Tapi Teana, setelah gempa beberapa minggu lalu, hampir semua kuil di Kota Hegra rusak. Aku tidak yakin patung itu akan aman disana."

"Percayalah, Dewa Dhushara akan menolong kita. Aku memiliki firasat bahwa patung ini akan aman jika disimpan disana untuk sementara waktu."

       Galata tidak bisa menolak perintah Teana. Ia memahami Teana cukup baik. Ketika Teana telah memutuskan sesuatu, itu artinya Teana telah mempertimbangkannya dengan matang.

"Baiklah. Aku akan mengantarmu kesana" ucap Galata.

       Mereka berempat berangkat menaiki unta masing -- masing. Ketika hari belum terlalu panas. Teana berjalan beriringan dengan Almeera.  Mereka berdua memakai jubah putih dan cadar yang nampak kontras dengan sinar matahari. Sedangkan Galata dan Shahed berjalan dibelakang mereka dengan memakai jubah putih dan turban penutup kepala.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline