Lihat ke Halaman Asli

Choirul Rosi

Penulis cerpen yang hobi membaca buku dan novel

Teana - Qasr Al Farid (Part 8)

Diperbarui: 8 Mei 2017   11:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Teana - Dokpri

Siang itu Daleela berjalan menyusuri padang pasir pegunungan Hejaz. Angin berhembus cukup panas. Menerbangkan debu - debu ke udara.

Daleela kemudian memakai cadarnya. Menghalau debu – debu itu agar tidak masuk ke hidungnya.

“Panas sekali…” gumam Daleela.

Tak tahan dengan kekeringan didalam tenggorokannya, Daleela berjalan menuju sebuah batu cadas yang berlubang. Batu itu tidak jauh dari tempatnya berdiri.

Didalam batu berlubang itu terdapat sebuah penampungan air. Dipahat oleh ahli pahat Kota Hegra untuk menampung tetesan air hujan yang menetes melalui celah – celah bebatuan.

Karena curah hujan di pegunungan Hejaz sangat rendah, hampir tiap tahun tidak lebih dari empat hingga lima kali turun hujan lebat. Sehingga Raja Aretas IV memerintahkan para pemahat kerajaan untuk membuat tempat penampungan air yang banyak disetiap sudut kota.

Penampungan air didalam batu cadas itu dipahat membentuk persegi menyerupai kolam air kecil. Air didalamnya sangat jernih karena terjaga kebersihannya. Sehingga bisa diminum oleh penduduk.

“Aaah… Segar sekali.” ucap Daleela setelah meminum beberapa teguk menggunakan telapak tangannya.

Ia kemudian melanjutkan perjalanannya.

Bunyi musik gambus terdengar dari kejauhan. Terdengar berasal dari Qasr Al Farid.

Hari itu ternyata ada seorang pemain musik gambus jalanan. Memainkan gambusnya untuk menghibur orang – orang yang sedang sibuk melakukan jual beli di Qasr Al Farid.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline