Lihat ke Halaman Asli

Choirul Rosi

Penulis cerpen yang hobi membaca buku dan novel

Senja Diatas Batu

Diperbarui: 28 April 2016   15:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Senja http://www.keyword-suggestions.com/c2VuamE/"][/caption]

Sore itu aku sengaja mengunjungimu. Aku membulatkan niatku untuk menyambangimu. Dalam langkah penuh kerinduan, aku mendatangimu. Dengan seikat kenangan dan sekeranjang cinta, aku ingin bersua denganmu.

Kulangkahkan kakiku. Lalu aku duduk disampingmu. Menanyakan kabarmu.

Ayah… Bagaimana kabarmu?

Kau diam tak bergeming.

Mungkinkah kau marah kepadaku, Ayah? Maafkan anakmu.

Maafkan aku yang sengaja menelantarkanmu. Melupakanmu hingga keberadaanmu ditelan masa. Aaah.. aku sungguh anak yang tak berbakti. Maafkan aku ayah. Bisikku kepadamu.

Aku masih disebelahmu ayah…

Teringat masa itu. Tiga puluh tahun yang lalu. Tepatnya sore hari menjelang senja. Ibu melahirkanku ke dunia. Berbekal satu nyawa dan puluhan liter darah, dia mempertaruhkan semuanya demi kelahiranku. Saat itu aku memujanya bak pahlawan dalam hidupku.

Namun persangkaanku ternyata salah. Dalam darahku masih ada darahmu ayah. Ya… Darahmu dan darah istrimu – ibuku. Aaah… betapa egoisnya aku melupakanmu.

Maafkan aku ayah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline