Lihat ke Halaman Asli

Jarot Dikitobo

Gelandangan bodok

Cerita Anak Perempuan Halmahera Bagian 2: Catatan Pendek di Kebun

Diperbarui: 3 Desember 2022   02:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jadilah Colombus untuk seluruh benua dan dunia di dalam dirimu, buka semua jalur baru, bukan untuk berdagang, tapi untuk pemikiran. Karena orang yang pernah mendapati dirinya di suatu tempat yang menarik adalah ia yang tersesat, (Thoreu).

Minggu hari yang suram, mesin-mesin itu bergerak membabi buta. Cici kembali mengingat perkataan ibu guru, kalau mesin-mesin ini didatangkan untuk buat pelebaran kampung juga membuat jalan menembus ke kampung sebelah. Sementara perkataan papa membangun pos penjagaan militer. Ada apa sebenarnya.? Semakin penasaran, dengan keadaan duduk termenung di kursi dapur.

Cahaya mentari pagi menembus atap rumah, menghantar silau sampai ke wajah. Tiba-tiba papa panggil.

Papa; Ci baganti tong pigi kebun.

Cici; Saya.

Ke kebun harus berjalan kaki, menyusuri hutan yang di penuhi embun pagi, lebah yang sibuk mencari madu hinggap membawa sejuk pada kelopak bunga, sekali lagi "kampung ini selalu diberkati".

Sambil bersandar pada tangkai parang yang panjang, sebagai anak perempuan satu-satunya dalam keluarga tidak menjadi masalah menjadi tenaga pembantu untuk mengurus urusan dapur. 

Cici masi mengalami kebimbangan beberapa pertanyaan belum ia temukan, sambil bekerja ia harus luangkan pikiran mencari titik pijak jawaban. Anak seusianya belum ada yang berimajinasi setinggi ini. 

Tiba-tiba dua teman sekampung datang, namanya Liza dan Hend. Memanggil-manggil dari kejauhan.

Liza; Mama Ima, ada Cici.

Mama Ima; ada. Cici ada tamang pangge, deng sapa.?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline