Islamic Human Development Index (I-HDI) merupakan alat ukur pembangunan manusia dalam perspektif Islam. I-HDI mengukur tingkat kesejahteraan seiring terpenuhinya kebutuhan dasar manusia agar mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Menurut al-Syatibi, mashlahah dasar kehidupan manusia terdiri dari lima hal, yaitu agama (Ad-Dien), jiwa (An-Nafs), akal (Al-'Aql), keturunan (An-Nasl), dan harta (Al-Maal). Kelima hal tersebut menjadi kebutuhan dasar yang bersifat mutlak dan jika tidak terpenuhi secara seimbang maka kebahagiaan hidup tidak dapat tercapai dengan sempurna.
Secara umum, kondisi kesejahteraan di Indonesia memiliki tantangan yang kompleks termasuk kesenjangan sosial, kemiskinan, akses layanan kesehatan yang tidak merata, serta isu lingkungan dan ketahanan pangan. Meskipun pemerintah telah mengimplementasikan berbagai program untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, upaya untuk mencapai kemajuan yang berkelanjutan tetap menjadi fokus penting dalam agenda pembangunan nasional.
Badan Pusat Statistik setiap tahunnya mengeluarkan data perkembangan kesejahteraan rakyat yang dirangkum menjadi delapan indikator yaitu, kependudukan, kesehatan dan gizi, pendidikan, ketenagakerjaan, taraf dan pola konsumsi, perumahan, kemiskinan, sosial lainnya. Berdasarkan data BPS 2023 disimpulkan bahwa Tingkat Kesejahteraan Rakyat Indonesia terus mengalami peningkatan, tetapi indikator tersebut belum dapat menjelaskan kesejahteraan secara maslahah. Dengan demikian, pengukuran I-HDI ini menjadi sangat penting dalam membantu mengukur perkembangan kondisi kesejahteraan sosial di Indonesia. Berikut penjelasan indikator membangun Islamic Human Development Indeks yang mengukur tingkat kesejahteraan sosial.
Indeks Ad-Dien (Realisasi Dana Amal)
Indeks Ad-Dien mewakili dimensi agama dihitung berdasarkan nilai dari rasion dana amal. Berdasarkan data dari kemensos, pada tahun 2021 pemerintahan Indonesia berhasil merealisasikan dana amalnya sebesar 97,83% dari total rencana anggaran sebesar Rp101,40 triliun. Kemudian pada tahun 2022 rasio realisasi dana amal ini meningkat menjadi sebesar 98,58% dari total rencana anggaran sebesar Rp98 triliun. Peningkatan rasio ini menunjukkan bahwa pemerintahan berhasil mengalokasikan dana amal ini untuk membantu kesejateraan rakyatnya. Namun pada tahun 2023 mengalami sedikit penurunan, yaitu menjadi sebesar 98,20% dari total anggaran sebesar Rp79,41 triliun. Meskipun mengalami penurunan tetapi nilai rasio realisasi dana amal sudah cukup tinggi setiap tahunnya menunjukkan I-HDI berdasarkan indeks Ad-Dien sudah cukup baik.
Indeks An-Nafs (Angka Harapan Hidup)
Dalam konteks Islamic Human Development Index (I-HDI), indeks An-Nafs merupakan salah satu dimensi pemeliharaan kebutuhan dasar manusia berdasarkan Maqashid Syariah. Berdasarkan data BPS, angka harapan hidup di Indonesia telah meningkat dari 73,2% pada tahun 2019 menjadi 73,9% pada tahun 2023, membuktikan peningkatan aspek penting dalam menjaga keberlangsungan hidup manusia dengan terpenuhinya kebutuhan esensial seperti pangan, sandang, papan, kesehatan, fasilitas transportasi, keamanan, lapangan kerja, dan pelayanan sosial.
Indeks Al-'Aql (Angka Partisipasi Sekolah)
Index Al-'Aql merupakan indeks yang digunakan untuk mengukur dimensi pengetahuan. Beberapa indikator yang dapat digunakan yaitu, angka partisipasi sekolah, rata-rata lama sekolah, jumlah lembaga pendidikan, tenaga pengajar, akses ke internet, angka melek huruf, angka buta huruf, jumlah hak paten, dan pengeluaran pendidikan oleh rumah tangga. Berdasarkan data BPS, Angka Partisipasi Sekolah (APS) penduduk berusia 7-12 tahun di Indonesia pada tahun 2019 adalah sebesar 99,1% dan sebesar 99,16% pada tahun 2023. Angka tersebut meningkat 0,06% poin dibandingkan dengan tahun 2019 yang mencapai 99,1%. Persentase tingkat partisipasi sekolah anak usia 7-12 tahun cenderung meningkat dalam rentang waktu 2011-2023.
Indeks An-Nasl (Rata-rata Jumlah Kelahiran)
Indeks An-nasl mewakili dimensi keluarga dan keturunan dalam perhitungan I-HDI. Terdapat beberapa indikator yang digunakan untuk menghitung indeks An-nasl. Namun pada kali ini indikator yang digunakan dalam perhitungan indeks An-nasl yaitu nilai rata-rata jumlah kelahiran di Indonesia. Berdasarkan data dari BPS tercatat rata-rata jumlah kelahiran di Indonesia pada tahun 2021 yaitu sebesar 2,24%. Lalu pada tahun 2022 mengalami penurunan menjadi 2,1%. Dan pada tahun 2023 angka ini meningkat lagi menjadi 2,22%. Angka ini menunjukkan bahwa rata-rata seorang perempuan di Indonesia melahirkan sekitar dua anak selama masa aktif reproduksinya. Semakin rendah angka ini, semakin rendah tingkat kelahiran di suatu negara.
Indeks Al-Maal (Persentase Penduduk Miskin)
Kekayaan materi (Al-maal) sangat dibutuhkan baik untuk kehidupan duniawi maupun ibadah. Indeks Al-Maal merupakan indeks untuk mengukur dimensi kehidupan yang manusiawi. Secara umum, indikator-indikator ini dapat dibagi menjadi tiga kategori: indikator yang mewakili kepemilikan aset, pertumbuhan pendapatan, dan distribusi pendapatan. Indikator kepemilikan aset salah satunya diwakili adalah pertumbuhan pendapatan perkapita. Berdasarkan data World Bank, pendapatan nasional bruto (PNB) per kapita Indonesia meningkat sebesar 9,83 persen menjadi $4.580 pada tahun 2022 dari $4.170 pada tahun 2021. Kenaikan juga terjadi pada tahun 2023, yaitu menyentuh angka $4.919. Indikator pertumbuhan pendapatan dapat diwakili oleh pertumbuhan ekonomi. Menurut data World Bank tahun 2021, pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 3,7%. Begitupun pada tahun 2022, yaitu menyentuh angka 5,3%. Akan tetapi, diproyeksikan pada tahun 2023-2025 terjadi penurunan yaitu di angka 4,9%-5%. Terakhir, indikator distribusi pendapatan dapat diwakili oleh rasio gini. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), rasio gini berada diangka 0,384 pada maret 2022 dan mengalami kenaikan sebesar 0,388 pada maret 2023.
Lebih lanjut, sudah banyak penelitian yang menggunakan I-HDI sebagai indikator dalam penelitian mereka, salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Nurhalim, Mawani, dan Fitri (2022) berjudul Pengaruh Zakat dan Islamic Human Development Index terhadap Kemiskinan di Jawa Tengah Tahun 2017-2020. Penelitian tersebut menghasilkan indikator pengukuran I-HDI memiliki pengaruh negatif terhadap kemiskinan di Jawa Tengah. Penelitian tersebut juga menunjukkan pengukuran I-HDI dapat membantu pemerintah dalam memberikan kebijakan yang dapat membantu dan diharapkan memperkecil kesenjangan sosial sehingga setiap orang dapat mendapatkan kesejahteraan secara maslahah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H