Lihat ke Halaman Asli

Pandangan Masyarakat terhadap Pluralisme dan Multikulturalisme

Diperbarui: 15 November 2021   23:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Istilah "pluralisme" mengandung arti yang kontroversial sehingga sering menimbulkan perdebatan. Seseorang dapat menerima dan sekaligus menolak pluralisme terrgantung pada definisi mana yang digunakan hal inilah yang menyebabkan Majlis Ulama Indonesia mengeluarkan fatwa yang menolak paham ini, karena dianggap memberikan perelativan dalam beragama atau menggampangkan syariat. 

Pengakuan bahwa semua agama adalah benar, menjadikan agama kehilangan kemutlakannya, karena dapat menimbukan pandangan yang tidak dapat dipertemukan bahlaln saling bertolak belakang. 

Dalam nilai histroy setiap Agama mempunyai history tersendiri yang menjadikan agama itu benar dalam pandangan bagi setiap pemeluknya namun dalam perjalan waktu satu agama akan berhadapan dengan agama lainya dalam artian perbedaan pandangan agama satu dengan lainnya dalam bertuhan. 

Agama yang lain tersebut olelh pengikutnya juga dianggap mampu menjadi sistem nilai yang mengatur kehidupan mahluk terutama kemanusiaan dan mengklaim dirinya bahwa agama yang dia anut juga menuju yang Ilahi. Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa pluralisme merupakan istilah yang mengandung pengertian dan kecenderungan pemaknaan yang berbeda-bed. 

Pengertian Pluralisme dalam pendekatan sosiologis tersebut memberikan gembaran tentang realita masyarakat majemuk yang artinya tinggal tidak bersama-sama dalam satu lingkup walaupun berbeda-beda pandangan dalam menganut agama terutama yang disitu setiap golongan atau kelompok memberikan dan menampilkan rasa hormat dan tolerasansi yang tinggi satu sama lalin, agar tidak menimbulkan konflik antar golongan karena perbedaan pandangan, haraan dari  pada sifat pluralisme sendirikan adalah untuk mempersatukan berbagai pandangan agama dalam satu wadah yaitu pluralisme yang diibaratkan simbol pemersatu umat beragama yang nantinya terjadi pembauran pada masyarkat baik secara fisik maupun pemikiran yang menimbulkan rasa kebersamaa yang tinggi, menjunjung semboyan Bhineka Tunggal Ika dan rasa sang menghormati yang tinggi. Berbeda dengan pengertian sebelumnya yang membahas pengertian secara teologis sehingga menimbulkan kontroversi bahkan dapat berujung dalam pemahaman yang dilarang, penegrtian ini merupakan pengertian "netral" yang mudah dipahami dan diterima,

Pluralisme secara panjang lebar dijealaskan dan dikelompokkan oleh Anis Malik Thoha  dalam 4 karakter yaitu: humanisme sekuler, teologi global, senkretisme, hikmah abadi.

Humanisme sekuler, bercirikan antroposentrisme, atau anggapan bahwa manusia merupakan pusat dari kehidupan mahluk, pandangan yang sangat tua yang akar pemikirannya dapat dilihat dalam pandangan Protogoras (490-420 SM), bahwa manusia adalah satu-satunya standart bagi segala sesuatu. 

Oleh karena itu manakala ada perbedaan pendapat di kalangan manusia  dalam suatu persoalan merupakan hal yang wajar karena memang tidaka ada sesuatu yang disebut sebagai "kebenaran objektif" kebenaran tidak dapat dipaksakan karena sifatnya yang sujektif. Bahkan Nabi Muhammad bersabda Bahwa perbedaan diantara umatku adalah rahmat yang dalam artian perbedaan itu baik dan kebenara bersifat subjektif

Teologi global, salah satu pengusung utama teologi ini adalah Wilfred Cantwell Smith yang menulis buku Towards a World Theology (Menuju sebuah Teologi Dunia). Konsep yang dia tawarkan adalah Universal friendship (persahabatan uniersal) Ia melontarkan tesis tentang perlunya pengkajian ulang terminologi agama, karena berdasarkan kajian yang ia buat bahwa agamalah yang memecah belah manusia menjadi banyak sekte dan kelompok agama yang menjadikannya saling berkonflik, bahkan hal ini terjadi bukan hanya pada agama yang berbeda tetapi juga dalam satu agama yang sama. Ia dengan tegas menyatakan bahwa di bumi maupun di langit, tidak ada sesuatu yang bernama agama. Agama baginya adalah sesuatu yang dianggap oleh orang melalui kacamata pemikiran tertentu sebagai nama sekumpulan keyakinan yang terorganisasi yang berkembang dari masa ke masa yang kemudian disebut agama, padahal tidak ada esensinya sama sekali yang bisa dipahami secara jelas.

Hikmah Abadi adalah mengembalikan agama ke habibat asal kesucian dan kesakralan yang sempurma lagi  absolut serta ingin mempermalukan semuanya secara adil dan sama rata. Hikma Abadi adalah hakikat esotoric, hakikat yang transenden dan tunggal, yang kemudian terekspesikan dalam bentuk hakikat exiteric yang begitu beragam dan terpancar dalam berbagai agama.

MULTIKULTURALISME

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline