Lihat ke Halaman Asli

404 Not Found

404 Not Found - 最先端の人間の推論の開発者の小さなグループ。

Ilmu Pengetahuan sebagai "Senjata Teori dan Intelektual" yang 'Menyelamatkan' sekaligus 'Menyesatkan' Manusia Indonesia

Diperbarui: 21 Januari 2023   06:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gambar: https://i.ytimg.com/vi/hs-jJMTjHoo/maxresdefault.jpg

Ada apa dengan judulnya? Apakah ada yang salah dengan judulnya? Sepertinya saya dengan bodohnya membiarkan judul seperti itu dibiarkan di sana agar banyak orang merasa penasaran dan secara lebih dalam ingin tahu apa yang akan saya ceritakan di sini. Sebenarnya itu adalah lagu lama dari skill branding orang-orang yang suka berkecimpung dalam dunia informatif dan entertainment - yang dikenal dengan istilah clickbait - apa yang ada pada judul, ternyata tidak sesuai dengan apa yang ditemukan di dalamnya.

Saya tidak membutuhkan kutipan teori dari para kaum skolastik modern karena secara praktis itu sudah terbukti. Namun, masih ada yang bertanya-tanya: "bagaimana Anda bisa menerka-nerka hal tersebut ialah benar adanya?" (pertanyaan ilmiah). Ungkapan serupa pernah dilontarkan dengan serumpun kutipan teoritis yang secara ilmiah itu sah dan valid dalam sebuah perdebatan (yang sebenarnya merupakan perspektif sederhana non-) ilmiah 'tanpa resolusi praktis-realistis' dengan salah satu pembaca tulisan yang membahas mengenai topik "Papua-Indonesia" (tulisan kedua diary saya). 

Saya berusaha untuk diyakinkan dengan sajian teoritikal dari aspek ekonomi-politik, sosial, dan kebudayaan - bahkan menilai perspektif kepribadian saya dari sudut pandang ilmiah - bahwa tulisan saya hanya berbau imajinatif dan cenderung mengarah pada 'cerita karangan'. Saya menyukai adrenalin dengan tekanan warna atmosfer akademik yang seperti itu, tetapi tidak dengan metode cut-and-drop pembahasan saya yang pada akhirnya dinilai 'putus di tengah jalan'. Saya enggan menanggapinya karena saya merasa hal itu hanya akan berakhir 'di atas kertas' dengan nilai A, tetapi tidak dengan penilaian masyarakat akan apa yang mereka dapatkan - apa yang dipelajari di sekolah hanya akan merujuk pada orientasi akademik semata dan bahkan tidak sampai 20-30% bisa diimplementasikan dengan tepat pada konteks 'di atas lapangan' (dan itu bergantung dari teori apa yang dipelajari dan tujuan praktis yang bisa dicapai dari pembelajaran itu sendiri).

Apakah saya salah jika buah perdebatan itu saya linear-kan dengan salah satu kritik yang pernah saya dan Anda mungkin pernah mendengarnya di media - "tentang pendidikan Indonesia yang (sejatinya) sudah parah?" Orang-orang Barat sudah bergerak ke arah discovery dan innovate, sedangkan kita di Indonesia masih bercokol dan bergumul dengan teori-teori purba, kuno, dan ketinggalan zaman? Ataukah saya yang dinilai kurang sekolah atau bodoh karena minim literasi? Kurang membaca buku? Sekali lagi, kata ironis saya ucapkan untuk diri saya sendiri jika Anda meng-iya-kan itu semua - dan saya menghargai pendapat Anda, tetapi saya tetap tidak peduli. Kenapa demikian? saya bukan memperjuangkan nilai akademik dalam menulis diary ini, tetapi "apa yang saya lihat, alami, dan rasakan". Ketika saya menulis dan diapresiasikan oleh siapa saja, saya sangat berterima kasih. Karena menulis merupakan bagian dari belajar. Tetapi, yang membedakan tulisan saya dan tulisan para penulis lain terletak pada nilai ilmiahnya - dan saya tidak pernah mempermasalahkan hal tersebut karena semua tulisan saya ber-kop diary, bukan teori ilmiah apalagi masuk aspek sosial-budaya dan sejumput kategori lainnya yang disediakan oleh Kompasiana secara otomatis. Terus, apa yang akan saya bahas dalam diary saya ini?

________

Saya akan memulai cerita saya dengan dua serangan konseptual yang dapat disimpulkan dari pernyataan-pernyataan salah satu pembaca - Apa yang diketahui publik tentang kata paradoks? Bagaimana dengan definisi konspirasi? Apakah ada hubungannya atau tidak? Pertanyaan ini merupakan buah perdebatan sengit yang mempertanyakan kop utama tulisan-tulisan saya. Ini semacam pertanyaan jebakan yang sebenarnya tidak perlu dijawab, karena keduanya punya daya magnetis-interkonektif yang sulit dilepaskan.

Karena saya (seolah merasa) terjebak, maka saya akan menjelaskannya secara sederhana mengenai keduanya dengan penalaran sederhana meski saya tidak terlalu menyukainya. Tujuannya supaya kaum akademisi dapat dihargai pendapatnya mengenai apa yang saya tulis.

Paradoks adalah suatu pernyataan atau situasi yang muncul ketika dua hal yang seharusnya tidak dapat digabungkan dikombinasikan bersama-sama. Contoh paradoks adalah pernyataan "Aku sedang tidak berbohong" - jika seseorang mengatakan ini, maka dia sedang berbohong. Sementara itu, konspirasi adalah teori yang menyatakan bahwa beberapa orang atau kelompok sedang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu yang biasanya merugikan orang lain atau negara. Contoh konspirasi adalah teori yang menyatakan bahwa ada kelompok yang bekerja sama untuk mengendalikan dunia melalui pemerintahan gelap atau kelompok ekonomi. Jadi, perbedaan antara keduanya adalah paradoks terkait dengan pernyataan atau situasi yang tidak masuk akal, sedangkan konspirasi terkait dengan teori yang menyatakan bahwa ada tindakan yang disengaja dari beberapa orang atau kelompok untuk mencapai tujuan tertentu.

Uniknya, persamaan atau kemiripan antara paradoks dan konspirasi adalah keduanya menimbulkan rasa tidak pasti atau kebingungan dalam pemikiran orang. Paradoks menimbulkan rasa tidak pasti karena pernyataannya atau situasinya yang tidak masuk akal atau tidak dapat dijelaskan, sedangkan konspirasi menimbulkan rasa tidak pasti karena teori yang dikemukakan seringkali tidak dapat dibuktikan atau memiliki bukti yang kurang kuat. Selain itu, kedua hal tersebut juga dapat menimbulkan spekulasi dan perdebatan di kalangan publik, seperti dalam kasus konspirasi yang dianggap tidak benar oleh sebagian orang namun dianggap benar oleh yang lain. Jadi, persamaan antara keduanya adalah keduanya menimbulkan rasa tidak pasti dan spekulasi di kalangan publik.

Kalau masih ada yang meragukan pembahasan ini, saya dan Anda mungkin akan menghadapi situasi salah kaprah atas definisi keduanya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline