Lihat ke Halaman Asli

M MarufMuzaqi

penulis pemula

Metafora

Diperbarui: 6 Agustus 2021   03:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kau yang bergaun pelangi
Kau yang bersenandung di bibir pantai
Kau yang merapal jejak dewi afrodit
Kau yang mengatur jarum arloji
Dan yang abadi

Keningmu tempat berlabuhnya kenang
Yang menyeruak dan menenggelamkan luka
Sementara di tebing bibirmu yang runcing
Tertanam kobaran api abadi

Kucoba tapaki gurat di pangkal alismu
Tempat resah dan gelisah menutup diri
Kucoba taklukan gunung merapi di dasar dadamu
Dikeheningan paling purba

Ternyata aku luluh lantah
Terhantam tatapanmu yang berkali pasang
Bisik purnama pada bayang ilalang
Dan terkoyaklah aku---serigala

Ternyata mencintaimu itu lelah
Penuh resah dan ketidakberdayaan
Tak semudah menulis puisi ini untukmu
Tak seindah menatap wajahmu di antara bintang-bintang
Di kejauhan paling muram

Namun aku tetap ngengat
Mengejar cahaya matamu tetap menjadi favoritku
Meski nestapa
Meski di akhir cerita kamu tetap sama---sebuah sajak metafora belaka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline