Poliomielitis atau yang disebut dengan penyakit polio merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus polio. Polio termasuk penyakit serius yang perlu di eradikasi secara global mengingat bahwa penyakit ini dapat menyebabkan kelumpuhan pada kedua tungkai dan berpotensi mengancam nyawa karena dapat menyebabkan kelumpuhan otot pernafasan. Polio dapat menyerang pada usia berapapun namun pada umumnya menyerang anak usia kurang dari 5 tahun, selain itu virus polio dapat menular melalui kontaminasi oleh feses (tinja) yang sudah terinfeksi virus polio, terpapar air dan makanan yang sudah terkontaminasi, serta virus dapat masuk kedalam tubuh melalui percikan saliva (air liur) dan droplet pernafasan dari seseorang yang sudah terinfeksi melalui batuk atau bersin dan virus ini dapat berkembang biak di dalam usus.
Lebih dari 99 % kasus polio sudah mulai menurun sejak tahun 1988, dari 350.000 kasus menurun hingga 74 kasus yang dilaporkan pada tahun 2015. Penurunan kasus ini merupakan upaya global dalam program eradikasi polio. Namun menurut laporan dari Center For Disease Control (CDC) pada bulan Juli 2022, terdapat laporan kasus penyakit polio yang ditemukan di Amerika yang penyebabnya tidak berhubungan dengan adanya riwayat berpergian ke negara lain. Sedangkan di Indonesia, ditemukan kasus positif polio di daerah Nanggroe Aceh Darussalam di Kabupaten Pidie, kemudian Kementerian Kesehatan melakukan pelacakan dengan komprehensif untuk melacak kasus lumpuh layu (polio) di sekitaran temuan kasus. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yakin bahwa Indonesia mampu menuju eradikasi polio global pada tahun 2026 dengan membangun sistem imunisasi polio dan survailans yang efektif.
Apa saja gejala yang dapat muncul pada penyakit polio ?
Terdapat tiga klasifikasi gejala polio diantaranya adalah polio non paralisis, polio paralisis dan sindrom pasca polio. Hampir 70 persen seseorang yang terinfeksi virus tidak memiliki gejala, sebanyak 25 persen memiliki gejala yang disebut dengan flu like syndrome seperti demam, sakit kepala, nyeri tenggorokan, mual muntah, nyeri perut dan kelelahan. Selain itu diantar 1 sampai 5 persen seseorang yang terinfeksi polio dapat mengalami komplikasi peradangan selaput otak (meningitis). Sebanyak 1 dari 200 orang yang terinfeksi polio dapat mengalami kelemahan otot dan 5 sampai 10 persen diantaranya meninggal akibat kelumpuhan otot pernafasan. Virus polio memiliki tiga strain yaitu strain-1 (Brunhilde), strain-2 (Lansig), dan strain-3 (Leon) dan termasuk dalam family (keluarga) Picornaviridae yang berpotensi menyebabkan kelumpuhan otot dengan merusak saraf motorik pada cornu anterior di sumsum tulang belakang. Bila seseorang memiliki gejala yang mengarah ke penyakit polio maka disarankan segera ke fasilitas kesehatan terdekat untuk diperiksa dan di berikan tatalaksana yang sesuai. Untuk memastikan bahwa seseorang terjangkit penyakit polio maka tenaga kesehatan akan melakukan pemeriksaan feses (tinja) di laboratorium untuk menemukan virus polio tersebut. Hingga saat ini tidak ada terapi atau pengobatan yang spesifik untuk penyakit polio dan belum ada pengobatan untuk kondisi kelumpuhan otot yang sudah terjadi.
Bagaimana pencegahan yang dapat dilakukan ?
Penyakit polio dapat dicegah dengan melakukan imunisasi polio serial lengkap sesuai dengan jadwal dapat melindungi anak seumur hidupnya. Di Indonesia, terdapa dua jenis vaksinasi polio yaitu vaksinasi polio oral (OPV) yang diberikan dengan cara diteteskan ke mulut, vaksin opv ini merupakan virus polio vaksin yang masih hidup namun dilemahkan untuk membentuk antibodi di dalam usus dan darah sehingga virus polio liar tidak bisa berkembang biak di dalam tubuh sedangkan tipe vaksinasi polio yang tidak aktif adalah virus vaksin polio yang sudah mati yang metode pemberiannya dengan cara disuntikan ke otot paha atau otot lengan. Imunisasi polio ini merupakan imunisasi wajib yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan yang perlu diberikan kepada anak. Tujuan dari pemberian imunisasi polio adalah untuk membentuk kekebalan atau antibodi yang spesifik terhadap virus polio.
Pencegahan dengan imunisasi polio memegang peran penting dalam pengendalian infeksi polio sehingga peran orang tua dalam pemenuhan hak imunisasi anak wajib dipahami dan dipenuhi agar anak tumbuh dan berkembang dengan optimal. Vaksin polio tetes atau OPV diberikan saat anak berusia 1, 2, 3, dan 4 bulan. Kedua, vaksin polio suntik diberikan saat anak berusia 4 dan 9 bulan. Pencegahan lainnya yang dapat diterapkan adalah penggunaan masker bagi seseorang yang sakit maupun yang sehat untuk mencegah penularan polio melalui kontak langsung secara droplet dan pengendalian infeksi dengan menerapkan hidup sehat untuk tidak buang air besar sembarangan.
Sumber :
1. Walter, K., & Malani, P. N. (2022). What Is Polio? JAMA, 328(16), 1652. https://doi.org/10.1001/jama.2022.17159
2. Hindra Irawan Satari. (2016). Eradikasi Polio. Sari Pediatri . Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 18(3), 1--6. file:///C:/Users/ASUS/Downloads/1061-2519-1-PB.pdf
3. Ikatan Dokter Anak Indonesia. (2016, April 29). Lembar Fakta Poliomielitis, Rubela, dan Campak. Ikatan Dokter Anak Indonesia. https://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/lembar-fakta-poliomielitis-rubela-campak