Lihat ke Halaman Asli

M AbdurrahiimRasyiid

Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Mengenal Teori Sosiologi Pengetahuan Menurut Karl Mannheim

Diperbarui: 1 November 2023   01:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya memiliki teman yang lumayan istimewa dimata saya karena beberapa hal yang pernah dilakukannya kadang berada diluar batas pikiran kita. Teman saya ini sejak Sekolah Dasar (SD) sudah terkenal dengan kenakalannya, entah ia berkelahi baik dengan siswa ataupun guru dan juga berbagai masalah-masalah yang ia timbulkan diluar lingkungan pendidikan. Ia juga sudah dikenali oleh masyarakat karena kenalakannya yang tak kunjung sembuh. Bahkan orangtuanya sendiri sudah menyerah untuk memberitahu dan menasehati si anak tersebut. Semakin dewasa teman saya ini tetap tidak merubah kepribadiannya. 

Akhirnya ia tumbuh menjadi remaja yang sudah dicap oleh masyarakat akibat kenakalannya atau biasanya disini disebut sebagai “gondes” atau “gentho desa” yang memiliki arti semacam preman desa. Akibatnya teman saya ini memiliki kiprah yang lumayan besar didunia bawah yang dirasa jarang-jarang orang yang tahu. Bahkan teman saya ini memiliki relasi-relasi dengan berbagai preman-preman lainnya ataupun dengan pengedar sesuatu yang ditetapkan tidak mematuhi hukum atau ilegal. Saya melihat jalan hidup yang ditempuh teman saya ini sebagai bagian dari sosiologi pengetahuan yang dikemukakan oleh Karl Mannheim.

Saya memandang demikian dikarenakan pengetahuan serta relasi maupun kepribadian yang terbentuk dalam diri teman saya ini berdasarkan pada kelompok-kelompok sosial dimana ia berkiprah. Pengetahuan umum tentang bagaimana kehidupan ini dikontruksi oleh teman saya berdasarkan bagaimana ia diajari cara atau hal-hal tentang makna kehidupan. Kebetulan teman saya ini juga lahir dari keluarga “broken home” yang mana orang tuanya tidak terlalu peduli dengan perkembangan sang anak hingga ia tumbuh sebagai seseorang yang terkenal dengan kenakalannya. 

Pengetahuan-pengetahuan mengenai dunia bawah dan juga relasi yang teman saya dapat ini juga berdasarkan dari kelompok dimana ia bergaul. Kelompok-kelompok inilah yang membentuk teman saya ini sebagai pribadi yang “nakal” hingga mengetahui tentang adanya dunia bawah dan dengan berbagai ruang lingkupnya. Disini kita tahu bahwa pengetahuan seseorang didapatkan dari kelompok-kelompok sosial dimana ia termasuk anggota didalamnya. Seperti halnya kasus yang terjadi oleh teman saya ini. Berbagai jenis pengetahuan yang ia dapatkan didasarkan atau dibentuk oleh kelompok-kelompok sosial yang ia gauli.

Saya mengenal teori pengetahuan yang dikemukakan oleh Karl Mannheim ini dari jurnal yang berjudul “Sosiologi Pengetahuan : Telaah Atas Pemikiran Karl Mannheim” (2020) karya H. Hamka.[1] Dari jurnal ini dijelaskan bahwa pengetahuan bukan berasal dari ruang hampa akan tetapi terbentuk dari kelompok sosial dimana ia lahir hingga dewasa. 

Karl Mannheim juga mengatakan bahwa suatu pemikiran akan dapat dipahami dengan baik apabila faktor-faktor yang mengakibatkan kelahiran pemikiran tersebut dapat dipahami dengan baik pula. Karl Mannheim mengutip dari pemikiran Marx mengatakan bahwa pengetahuan seseorang didasarkan dari pengalaman yang telah ia lalui. [2] Dari sini dapat dapat didefinisikan bahwa sosiologi pengetahuan merupakan cabang ilmu sosiologi yang berfokus pada pengetahuan yang didapatkan oleh individu bukan berdasar dari ruang hampa tetapi didapatkan melalui kelompok serta lingkungannya atau bisa kita sebut berasal dari pengalaman yang telah ia lalui. 

Dalam pemikirannya Karl Mannheim juga membagi menjadi dua bagian yang membahas tentang weltanschauung. Pertama yakni weltanschauung rasional yaitu semacam kontruk teoritis yang tersruktur dan logis. Artinya pandangan dunia dapat dipikirkan secara logis & rasional sehingga bisa diterima. Kedua yakni weltanschauung irrasional adalah konsep pandangan dunia yang tidak logis & rasional akan tetapi bukan berarti tidak masuk akal hanya saja tidak berguna apabila dipandang secara metodologis. 

Kemudian Karl Mannheim mencetuskan sesuatu yang dianggap sebagai nilai tengah yakni “rasionalistik” yang berarti pandangan dunia bukan tentang rasional dan irasional karena rasionalitas tidak dapat diterapkan padanya. [3] Selain konsep weltanschauung Karl Mannheim juga menjelaskan mengenai “ideologi & utopia”. Konsep ideologi dapat diartikan bahwa suatu anggota masyarakat yang lebih besar / mayoritas menginginkan kesetabilan dalam satu tatanan dan struktur masyaraka tersebut. Sebaliknya konsep utopia lebih mengarah pada kelompok anggota yang tidak dominan atau minoritas dimana kelompok ini menginginkan perubahan dalam tatanan serta struktur masyarakat.[4] 

Dalam pemahaman saya sosiologi pengetahuan mengurai mengenai tindakan-tindakan sosial yang terjadi yang mana tindakan sosial tersebut berasal dari individu. Seorang individu tentu terbentuk dari bagaimana ia merekontruksi kehidupan dari lahir hingga dewasa. Pengetahuan-pengetahuan yang ia dapat tentu mendasari tentang bagaimana ia bertindak dan berpengaruh pada model tindakan-tindakan yang akan ia perbuat. Pengetahuan didapatkan bisa dari berbagai macam, seperti dunia pendidikan, lingkungan, orang-orang terdekat, pengalaman dsb. yang pasti pengetahuan seorang individu tidak bermulai dari nol atau ruang hampa. 

Karl Mannheim mengenai sosiologi pengetahuan mengatakan bahwa pengetahuan berasal dari kelompok sosial dimana aktor lahir hingga ia dewasa.[5] Pengetahuan-pengetahuan yang berdasar pengalaman inilah yang nantinya akan membentuk kepribadian serta sikap individu dalam mengolah realitas sosial. Konsep sosiologi pengetahuan ini sejalan dengan observasi yang penulis lakukan pada temannya. Penulis menceritakan bahwa kepribadian temannya dibentuk berdasarkan dari pengalaman yang telah ia lalui. 

Dengan begitu terbentuklah kepribadian diri seperti halnya teman penulis. Pandangan temannya terkait dunia mungkin bisa disebut agak melenceng dari pandangan manusia pada umumnya, ini juga merupakan dampak dari pengetahuan yang didasari pengalaman teman penulis. Selain itu relasi serta pengetahuan mengenai hal-hal dibalik layar tentu saja berdasarkan pada lingkungan teman penulis dimana ia berkiprah pada bidang yang kurang disorot yang berada dibawah konsep front stage atau bisa disebut back stage dari masyarakat itu sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline