Lihat ke Halaman Asli

Untuk Wan Muis, Pelindung Batin Sang Patron Saudara Sejati

Diperbarui: 11 Januari 2025   13:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wan Muis Ponorogo

Untuk Wan Muis, Sang Pelindung Batin

Wahai Wan Muis, nama yang kami sebut penuh kasih,
Engkau pelindung batin kami, teguh bagai karang di samudera.
Pejuang ideologi yang memeluk NKRI dengan cinta,
Ansor Banser Ponorogo menjadi saksi kiprahmu yang tiada henti.

Santri tulen, panutan kami dalam ilmu dan amal,
Cinta pada ilmu membawamu pada lautan pengetahuan tak bertepi.
Filsafat, fiqih, tasawuf, dan kitab kuning kau pelajari tanpa lelah,
Namun hatimu juga terpaut pada dentuman rock metal dan syair Iwan Fals.

Engkau pecinta Soekarno, jiwa patriotmu menyala,
Namun lebih dari itu, hatimu tunduk pada Ma'had At-Tarmasyi tercinta.
Kecintaanmu kepada Hadrotu Syaikh Mahfud Al-Makki At-Tarmasyi
Menjadi bukti ketakzimanmu pada para masyayikh dan wali-wali Allah.

Rumahmu, surga kecil bagi para sahabat dan tamu,
Pintu tak pernah tertutup, hati selalu terbuka.
Engkau patron para santri muda, sahabat gus dan kiai,
Dalam kesederhanaanmu, cinta selalu kau bagikan.

Kini engkau dipanggil pulang oleh Sang Pemilik Segalanya,
Larut dalam cinta dan kerinduan kepada guru dan masyayikh.
Berdirilah di sisi para wali dan kekasih Allah,
Dibimbing oleh syafaat Nabi Muhammad, sang pembawa cahaya.

Ampunilah segala kekurangan dan salahnya, ya Rabb,
Lindungi ia bersama para masyayikh dan guru-guru kami.
Kami tak akan berhenti merindu, tak akan surut mencinta,
Sebab perjuanganmu menjadi lentera dalam jalan kami.

Selamat jalan, Wan Muis, sang pejuang yang abadi,
Semoga engkau tenang dalam pelukan kasih-Nya,
Dan cinta kami akan selalu tersemat dalam doa-doa panjang.
Al-Fatihah untukmu, wahai guru, panutan, dan saudara sejati.

Wahai Wan Muis, pelindung jiwa dan penjaga hati,
Engkau yang setia menuntun langkah kami,
Pecinta negeri, pembela ideologi,
Dalam Ansor dan Banser, semangatmu tak pernah mati.

Santri tulen, panutan tanpa cela,
Menyelami lautan ilmu tanpa jeda,
Fiqih, tasawuf, tarikh, kitab kuning kau pelajari,
Namun, di hatimu, rock metal pun kau nikmati.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline