Lihat ke Halaman Asli

Tantangan Gerakan Mahasiswa Hari Ini, Sebuah Otokritik dan Pembaruan Peran Sosialnya

Diperbarui: 21 November 2023   03:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Poster unik mahasiswa, di depan Gedung DPR, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Pusat, Selasa (24/9/2019). (Foto: KOMPAS.com/CYNTHIA LOVA)

Laju perkembangan kemajuan zaman saat ini menuntut gerakan mahasiswa lebih responsif menjawab tantangannya. 

Responsif di sini lebih dimaknai sebagai upaya pembaruan peran sosial gerakan mahasiswa di tengah tantangan zaman kini yang semakin maju namun juga dirundung begitu banyak persoalan. 

Meski demikian, hingga kini kapasitas gerakan mahasiswa dalam mengupayakan pembaruan peran sosialnya di tengah tantangan zaman belum juga terlihat secara kualitatif (substansial). 

Pola gerakan mahasiswa cenderung menggunakan referensi model gerakan di masa lalu yang sudah usang. Gerakan mahasiswa saat ini seringkali masih tampak bergerak sporadis dan reaksioner dalam menanggapi berbagai isu yang berkembang.

Seringkali gerakan mahasiswa lebih terdorong gerakan sesaat yang cenderung reaktif-kasuistis dalam merespons persoalan. 

Bahkan muncul kecenderungan bahwa gerakan mahasiswa tidak lagi dipandang sebagai bagian dari kelompok sosial yang mampu memberikan sumbangsih buah pikir dalam merumuskan suatu persoalan. 

Bahkan kini tidak sedikit masyarakat kita yang telah memandang gerakan mahasiswa dengan kesan (stereotipe) negatif sekedar kelompok demonstran jalanan yang seringkali berujung pada tindakan anarkistis. 

Tak bisa dipungkiri bahwa pasca reformasi, gerakan mahasiswa cenderung mengalami defisit gagasan dan cenderung kurang populer di kampus-kampus, terutama bagi para mahasiswa baru (maba) karena dianggap terlalu serius dan berat.

Dari segi kuantitas, jumlah anggota gerakan mahasiswa dari tahun ke tahun pun terus mengalami kemerosotan. Bahkan, dalam setiap agenda rutin, mereka masih saja berkutat dengan persoalan keterbatasan keuangan dan masalah-masalah teknis mendasar lainnya. 

Sehingga "tradisi proposal" terpaksa terus berlanjut tanpa ada upaya yang cukup berarti untuk mengubah agar lebih mandiri dalam skema fund raising atau pembiayaan mandiri. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline